Selama berkuasa, Saddam Hussein membangun Irak menjadi kekuatan regional yang ditakuti. Salah satu pilar kekuatannya adalah program pengembangan senjata pemusnah massal (WMD) yang ambisius. Di balik ambisi ini, terselubung hubungan gelap dan rumor kerja sama yang erat antara rezim Saddam Hussein dengan KGB, dinas intelijen Uni Soviet. Artikel ini mengupas tuntas misteri kolaborasi Saddam Hussein dan KGB dalam mengembangkan senjata rahasia Irak.

Latar Belakang: Ambisi Hegemoni Saddam Hussein
Saddam Hussein naik ke puncak kekuasaan dengan visi menjadikan Irak sebagai pemimpin dunia Arab. Untuk mewujudkannya, ia membutuhkan kekuatan militer yang superior. Ancaman dari Iran setelah Revolusi 1979 dan rivalitas dengan Israel mendorongnya untuk mencari senjata yang dapat memberikan keunggulan strategis mutlak. Inilah yang memicu pencariannya terhadap senjata kimia, biologis, dan nuklir.
KGB: Mata dan Telinga Soviet di Timur Tengah
KGB (Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti) adalah tulang punggung kekuatan Soviet selama Perang Dingin. Tugasnya tidak hanya mengamankan negara dari dalam, tetapi juga melaksanakan operasi intelijen luar negeri, termasuk transfer teknologi, perang propaganda, dan mendukung sekutu. Kawasan Timur Tengah yang strategis menjadi salah satu titik fokus utama KGB.
Titik Temu Kepentingan: Aliansi Saddam-KGB
Hubungan Irak-Uni Soviet, dan secara khusus dengan KGB, dibangun di atas fondasi kepentingan bersama yang saling menguntungkan:
- Konflik Geopolitik: Baik Irak maupun Uni Soviet memiliki musuh yang sama, yaitu Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk Israel. Mendukung Irak berarti memperkuat pengaruh Soviet di kawasan yang kaya minyak.
- Basis Intelijen: Irak menjadi panggung operasi yang subur bagi KGB untuk memantau aktivitas AS dan sekutu di Teluk Persia.
- Transfer Teknologi & Senjata: Uni Soviet adalah pemasok senjata konvensional terbesar Irak. Namun, hubungan ini diduga kuat merambah ke transfer teknologi dan pengetahuan untuk senjata non-konvensional.
Bukti dan Dugaan Keterlibatan KGB
Meskipun banyak operasi intelijen yang masih diselimuti kerahasiaan, beberapa laporan dan analisis menguatkan dugaan kolaborasi ini:
- Program Nuklir Irak: Intelijen Barat kerap menduga bahwa ilmuwan-ilmuwan Soviet atau dari negara satelitnya memberikan bantuan teknis tidak langsung untuk program nuklir Irak, terutama sebelum dihancurkan oleh Israel pada 1981 (Operasi Opera).
- Senjata Kimia: Dalam Perang Iran-Irak (1980-1988), Irak menggunakan senjata kimia secara luas. Sementara bahan kimia prekursor dibeli dari perusahaan Barat, pengetahuan teknis dan peralatannya diduga kuat mendapat “bantuan” dari sumber-sumber Blok Timur, dengan persetujuan atau ketidaktahuan level tinggi di KGB.
- Dukungan Intelijen: KGB memberikan pelatihan dan dukungan teknis kepada intelijen Irak, Mukhabarat, yang terkenal kejam dan efisien. Pertukaran informasi antara kedua badan intelijen ini sangat vital bagi Saddam untuk menjaga kekuasaannya dan memantau ancaman asing.
- Operasi Senjata Biologis: Program senjata biologis Irak yang dipimpin oleh Dr. Rihab Taha juga diduga mendapat transfer pengetahuan dari sumber-sumber ilmiah Blok Timur, meski sulit dilacak langsung ke KGB.
Dampak dan Warisan Kolaborasi Gelap
Kolaborasi antara Saddam Hussein dan KGB memiliki konsekuensi yang dalam:
- Perang Iran-Irak: Penggunaan senjata kimia oleh Irak, yang mungkin difasilitasi oleh pengetahuan teknis dari Blok Timur, mengakibatkan korban jiwa yang besar di pihak Iran dan warga Kurdi Irak sendiri (seperti dalam serangan Halabja 1988).
- Perang Teluk 1991: Kekhawatiran internasional terhadap senjata pemusnah massal Irak menjadi salah satu pemicu invasi koalisi ke Kuwait dan Irak.
- Perang Irak 2003: Kecurigaan bahwa Irak masih menyimpan senjata pemusnah massal (yang kemudian terbukti tidak ada) digunakan sebagai casus belli utama untuk invasi pimpinan AS yang menjatuhkan Saddam Hussein. Warisan ketakutan akan senjata rahasia Saddam berakar dari era kolaborasinya dengan kekuatan seperti Soviet.
Kesimpulan: Misteri yang Belum Sepenuhnya Terungkap
Hubungan antara Saddam Hussein dan KGB dalam mengembangkan senjata rahasia Irak adalah contoh nyata dari persekutuan gelap geopolitik Perang Dingin. Meski bukti langsung seringkali sulit didapat, rangkaian fakta, laporan intelijen, dan analisis sejarah mengarah pada kesimpulan bahwa KGB memainkan peran tidak langsung namun signifikan dalam membangun kemampuan militer non-konvensional Saddam.
Misteri ini tetap relevan karena menunjukkan bagaimana ambisi seorang diktator dan kepentingan sebuah negara adidaya dapat bersatu untuk menciptakan ancaman global, yang dampaknya masih terasa hingga hari ini di lanskap politik Timur Tengah yang terus bergejolak. Arsip-arsip rahasia KGB yang mungkin suatu hari nanti terbuka, bisa memberikan jawaban yang lebih pasti tentang sejauh mana kolaborasi gelap ini terjadi.