Selama lebih dari 2.200 tahun, mereka berdiri dalam kegelapan abadi, menjaga ketenangan abadi kaisar pertama China, Qin Shi Huang. Pada tahun 1974, para petani yang menggali sumur di Provinsi Shaanxi secara tidak sengaja menemukan harta karun yang menggemparkan dunia: Pasukan Terakota. Saat pertama kali ditemukan, dunia terpukau oleh detail realistis dari ribuan patung prajurit, kuda, dan kereta perang yang masing-masing memiliki wajah unik.

Namun, ada satu kejutan lain yang lebih mencengangkan yang langsung menghadapi para arkeolog. Para prajurit ini tidak berwarna tanah liat coklat seperti yang kita lihat hari ini. Mereka dilapisi oleh lapisan cat yang cerah dan berwarna-warni. Tragisnya, dalam hitungan menit setelah terpapar udara dan kelembaban modern, cat-cat rapuh ini mengelupas, mengering, dan menghilang selamanya. Inilah misteri terbesar dan paling menyedihkan dari penemuan spektakuler ini: Misteri Cat Warna-Warni yang Hilang dari Prajurit Terakota.
Wajah Asli yang Terkubur Waktu: Seperti Apa Rupa Mereka Dahulu?
Bertentangan dengan kesan monokrom yang kita miliki sekarang, Pasukan Terakota adalah sebuah simfoni warna pada masanya. Berdasarkan fragmen cat yang masih menempel dan analisis laboratorium, para ilmuwan telah merekonstruksi palet warna asli yang digunakan:
- Merah dan Jingga: Didapat dari cinabar (merkuri sulfida), pigmen yang sangat berharga dan simbol kekayaan serta status.
- Hitam: Dari arang atau pigmen mineral seperti magnetit, digunakan untuk rambut, alis, dan jenggot serta menghias baju zirah.
- Ungu: Pigmen langka dan misterius yang kemudian diidentifikasi sebagai “Han Ungu” (BaCuSi2O6), sebuah bahan sintetis yang dibuat dengan memanaskan pasir kuarsa, tembaga, dan bahan alkali.
- Hijau dan Biru: Berasal dari mineral malachite dan azurite, digunakan untuk hiasan dan mungkin pada bagian pakaian tertentu.
- Putih: Dari potongan-potongan kecil kulit kerang yang dihancurkan hingga halus.
- Warna Daging: Campuran pigmen yang digunakan untuk memberikan warna kulit yang realistis pada wajah dan tangan.
Setiap prajurit dicat dengan skema warna yang spesifik sesuai dengan pangkat, divisi, dan peran mereka dalam militer. Seorang jenderal tentu memiliki warna dan pola yang lebih rumit dibandingkan prajurit infanteri biasa. Mereka bukan sekadar tentara tanah liat, tetapi adalah barisan yang hidup dan berwarna-warni, siap membela kaisar mereka di alam baka.
Mengapa Cat Tua nan Indah Itu Bisa Menghilang?
Misteri hilangnya cat ini memiliki penjelasan ilmiah yang kompleks dan tragis. Proses kehancuran ini terjadi dalam beberapa tahap:
- Lapisan Pernis (Lacquer) yang Menjadi Pengkhianat: Sebelum dicat, seluruh tubuh prajurit dilapisi dengan pernis tradisional Tiongkok yang terbuat dari getah pohon. Lapisan ini berfungsi sebagai primer agar cat melekat sempurna pada permukaan tanah liat yang berpori.
- Penguburan yang Lama: Selama berabad-abad terkubur dalam tanah lembab, lapisan pernis ini menyerap air dan mengembang, namun tetap menempel pada tanah liat di bawahnya.
- Paparan yang Mematikan: Ketika patung digali dan dikeluarkan dari lingkungan tanahnya yang stabil, lapisan pernis yang telah jenuh air mulai cepat mengering akibat kontak dengan udara kering. Tanah liat, sebagai media, juga mulai kehilangan kelembapannya.
- Proses Pengelupasan: Dalam hitungan empat menit, pernis yang mengering akan menyusut dan retak. Hanya dalam waktu 60 detik, lapisan cat di atasnya akan mengelupas, melengkung, dan terlepas dari permukaan tanah liat. Proses ini terjadi begitu cepat sehingga mustahil bagi para arkeolog pada tahun 1970-an untuk menghentikannya dengan teknologi saat itu.
Perburuan Ilmiah: Teknologi Modern vs. Kerapuhan Kuno
Menyadari tragedi yang terjadi, penggalian dihentikan sementara. Ilmuwan dari China dan Jerman bahu-membahu memecahkan misteri pelestarian ini. Mereka menemukan bahwa kerusakan terutama disebabkan oleh kehilangan kelembaban yang sangat cepat pada lapisan pernis.
Solusi pun dikembangkan:
- Konsolidasi Segera: Sejak tahun 1990-an, para arkeolog menggunakan teknik “keep wet” dengan menyemprotkan air secara konstan pada patung yang baru digali.
- Bahan Pengawet Revolusioner: Sebelum penggalian, mereka menyuntikkan bahan pengawet khusus (seperti hydroxyethyl methacrylate) ke dalam tanah di sekitar patung. Saat digali, patung segera diperlakukan dengan pelarut khusus dan bahan pengikat (seperti polyethylene glycol) yang menembus lapisan pernis dan cat, mengeraskannya, dan merekatkannya kembali ke tanah liat sebelum sempat mengering dan mengelupas.
- Kontrol Lingkungan yang Ketat: Ruang penggalian sekarang dilengkapi dengan tenda dengan kontrol suhu dan kelembaban yang ketat untuk meminimalkan shock lingkungan pada artefak.
Warisan yang Terkikis: Pelajaran dari Masa Lalu untuk Masa Depan
Misteri cat Prajurit Terakota bukan hanya teka-teki arkeologis; ia memberikan pelajaran mendalam tentang pelestarian warisan budaya. Kisah ini mengajarkan kita bahwa:
- Penemuan harus berjalan seiring dengan pelestarian. Tanpa teknologi yang memadai, membuka sebuah situs dapat berarti menghancurkannya.
- Apa yang kita lihat di museum seringkali hanyalah bayangan pucat dari keagungan aslinya. Ini mendorong kita untuk membayangkan dan menghargai karya seni masa lalu dalam kemegahan penuhnya.
- Kemajuan teknologi konservasi adalah kunci untuk mengungkap dan melindungi harta karun masa depan tanpa harus kehilangan keindahan aslinya.
Hari ini, berkat teknologi tersebut, kita dapat melihat beberapa prajurit yang berhasil dilestarikan dengan warna-warnanya yang masih utuh, memberikan sekilas pandangan yang menakjubkan tentang kemegahan asli pasukan ini. Mereka adalah pengingat yang mengharukan dari sebuah kekaisaran yang hilang, sebuah seni yang luar biasa, dan warna-warni cerah yang memudar, yang misterinya terus memikat imajinasi kita hingga sekarang.