Misteri Pusat Kota Sriwijaya yang Hilang Ditelan Bumi

Selama berabad-abad, nama Sriwijaya menggema dalam sejarah Nusantara sebagai kemaharajaan bahari yang perkasa. Kekuatannya membentang dari Sumatra, Semenanjung Malaya, hingga sebagian Jawa. Namun, sebuah teka-teki besar masih membayangi: di manakah sebenarnya pusat kota Sriwijaya?

Berbeda dengan kerajaan lain seperti Majapahit yang meninggalkan candi-candi megah, pusat pemerintahan dan permukiman urban Sriwijaya seolah-olah hilang ditelan bumi. Artikel ini akan mengupas misteri tersebut, menelusuri bukti-bukti, teori para ahli, dan upaya untuk menemukan kota yang hilang itu.

sriwijaya

Jejak Kejayaan Sriwijaya yang Terserak

Sebelum membahas hilangnya, kita harus memahami betapa hebatnya Sriwijaya. Berdiri sekitar abad ke-7 Masehi, kerajaan ini adalah pusat perdagangan dan pembelajaran Buddha terbesar di Asia Tenggara. Pedagang dari Arab, India, dan Tiongkok berlabuh di pelabuhannya yang ramai.

Bukti kejayaannya berasal dari:

  • Prasasti: Seperti Prasasti Kedukan Bukit yang menceritakan ekspedisi militer dan pembentukan sebuah wanua (kota).
  • Catatan Asing: Musafir Tiongkok, I-Tsing, menggambarkan Sriwijaya sebagai pusat agama Buddha yang dikunjungi ribuan biksu.
  • Artefak: Penemuan keramik, manik-manik, dan fragmen perahu di sekitar Palembang menunjukkan aktivitas perdagangan yang padat.

Namun, semua bukti ini bersifat “pointilistic” – tersebar dan tidak menunjukkan denah kota yang utuh seperti Pompeii atau Angkor Wat.

Teori-Teori Hilangnya Pusat Kota Sriwijaya

Mengapa pusat kota Sriwijaya begitu sulit ditemukan? Berikut beberapa teori yang dikemukakan para arkeolog dan sejarawan:

1. Kota Kayu yang Lapuk

Teori paling kuat menyatakan bahwa Sriwijaya membangun kota mereka dari bahan organik seperti kayu, bambu, dan rumbia. Material ini mudah lapuk di iklim tropis lembap Sumatra. Berbeda dengan kerajaan di Jawa yang menggunakan batu andesit untuk candi, arsitektur Sriwijaya mungkin lebih praktis dan disesuaikan dengan lingkungan rawa. Ketika kerajaan runtuh, kayu-kayu itu membusuk dan menyisakan sangat sedikit jejak di permukaan.

2. Perubahan Geografis dan Bencana Alam

Kawasan Sumatra Selatan, khususnya Palembang, merupakan daerah rawa dan dilintasi oleh Sungai Musi. Teori lain menyebutkan bahwa pusat kota Sriwijaya mungkin terkubur akibat:

  • Sedimentasi Sungai: Akumulasi lumpur selama ratusan tahun menimbun sisa-sisa permukiman kuno di bawah lapisan tanah yang tebal.
  • Kenaikan Permukaan Air Laut: Fluktuasi permukaan laut bisa menyebabkan kawasan pesisir tenggelam.
  • Tektonik dan Erosi: Aktivitas geologis perlahan-lahan mengubur atau menghanyutkan sisa-sisa peradaban.

3. Struktur Permukiman yang Tersebar (Distributed Settlement)

Berbeda dengan konsep kota “padat” masa kini, Sriwijaya mungkin merupakan sebuah “negara kota” dengan permukiman yang tersebar di sepanjang tepian sungai dan anak sungai. Pusat kekuasaannya tidak terkonsentrasi pada satu titik, melainkan berupa jaringan pelabuhan, perkampungan, dan pusat ritual yang saling terhubung. Konsep ini membuatnya tidak meninggalkan “pusat kota” dalam pengertian modern.

4. Keruntuhan Ekonomi dan Politik

Pada abad ke-13, pengaruh Sriwijaya memudar. Serangan dari kerajaan lain, seperti Kerajaan Chola dari India dan bangkitnya Kerajaan Majapahit, melemahkan hegemoninya. Perubahan rute perdagangan juga membuat pelabuhannya sepi. Ketika pusat ekonomi mati, penduduk pun berpindah, dan kota kayu itu ditinggalkan untuk kemudian ditaklukkan oleh alam.

Penemuan Terkini: Petunjuk Baru yang Menggembirakan

Misteri pusat kota Sriwijaya perlahan mulai terkuak berkat teknologi modern. Ekskavasi di Situs Karanganyar, Palembang, mengungkap struktur kanal, tiang kayu, dan talut (dinding penahan tanah) yang membentuk pulau-pulau buatan. Ini menunjukkan adanya tata kota yang kompleks.

Yang lebih menggemparkan adalah laporan pada tahun 2021, di mana tim arkeolog dari Universitas Indonesia dan lainnya mengkl menemukan bahwa kota Sriwijaya mungkin benar-benar “tenggelam”. Survei georadar dan pengeboran tanah di daerah sekitar Sungai Musi mengindikasikan adanya struktur kayu masif dan artefak yang terkubur sedalam beberapa meter di bawah permukaan tanah. Temuan ini memperkuat teori bahwa pusat kota itu terkubur oleh sedimentasi sungai yang masif.

Kesimpulan: Kota yang Hidup Kembali dari Dalam Tanah

Misteri pusat kota Sriwijaya yang hilang ditelan bumi adalah salah satu teka-teki arkeologi terbesar Indonesia. Kerajaan maritim terhebat ini meninggalkan warisan yang lebih halus daripada batu—warisan dalam bentuk pengaruh budaya, bahasa, dan jaringan dagang.

Ketidakhadirannya justru menjadi daya tariknya. Setiap temuan baru, sekecil apa pun, adalah potongan puzzle yang berharga. Bukan tidak mungkin, di bawah permukaan tanah Palembang modern, terbentang sebuah metropolis kuno yang menunggu untuk diceritakan kembali kisahnya. Pencarian untuk menemukan jantung Sriwijaya terus berlanjut, membuktikan bahwa kehilangan bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah penemuan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *