Prabu Siliwangi adalah nama besar yang menggetarkan sejarah Nusantara, khususnya dalam khazanah budaya Sunda. Namanya harum sebagai raja agung Kerajaan Pajajaran yang membawa kemakmuran dan kejayaan. Namun, di balik kegemilangannya, terselip sebuah misteri abadi yang hingga kini belum terpecahkan: hilangnya Prabu Siliwangi secara tiba-tiba dari istananya. Kepergiannya bukan sekadar tutup usia, melainkan sebuah peristiwa gaib yang penuh teka-teki, menjadi legenda yang terus hidup dan diperbincangkan dari generasi ke generasi.

Siapa Sebenarnya Prabu Siliwangi?
Sebelum menyelami misteri kepergiannya, penting untuk memahami sosok di balik nama tersebut. Prabu Siliwangi bukanlah nama personal, melainkan gelar kehormatan. Raja yang paling terkenal menyandang gelar ini adalah Sri Baduga Maharaja, yang memerintah Kerajaan Sunda Galuh (pusatnya di Pakuan Pajajaran, kini Bogor) sekitar tahun 1482 hingga 1521 Masehi.
Masa pemerintahannya dikenal sebagai zaman keemasan masyarakat Sunda. Di bawah kepemimpinannya, Pajajaran mencapai puncak kejayaan dalam bidang ekonomi, militer, dan kebudayaan. Ia digambarkan sebagai raja yang bijaksana, sakti mandraguna, dan sangat dicintai rakyatnya. Namanya sering dikaitkan dengan simbol kesaktian, kearifan, dan kepemimpinan yang ideal.
Misteri Hilangnya Sang Prabu
Inti dari legenda ini adalah bagaimana akhir kehidupan Prabu Siliwangi. Berbeda dengan catatan sejarah resmi yang mungkin mencatat tahun wafatnya, versi legenda dan babad masyarakat Sunda menuturkan kisah yang jauh lebih misterius.
1. Tekanan Eksternal dan Internal
Pada masa akhir pemerintahannya, Kerajaan Pajajaran mulai menghadapi tekanan besar. Ekspansi Kesultanan Demak yang membawa pengaruh Islam semakin mendekati wilayah Sunda. Selain itu, datangnya bangsa Eropa (Portugis) juga menciptakan dinamika politik baru. Beberapa versi menyebutkan Prabu Siliwangi merasa berat untuk memilih antara mempertahankan kepercayaan leluhur atau mengadopsi ajaran baru. Konflik batin ini diduga menjadi salah satu pemicu kepergiannya.
2. Peristiwa “Ngahiyang” atau Mukswa
Dalam kepercayaan Sunda kuno, konsep “ngahiyang” atau “mukswa” sangat dikenal. Ini adalah keadaan dimana seseorang (biasanya orang suci atau raja yang sakti) menghilang secara gaib, raganya lenyap tanpa meninggalkan jejak, dan bersatu dengan alam. Inilah inti dari legenda hilangnya Prabu Siliwangi.
Dikisahkan bahwa pada suatu masa, Sang Prabu memilih untuk meninggalkan istana tanpa diketahui oleh siapa pun. Ia tidak ditemukan wafat di tempat tidurnya, tidak pula gugur dalam medan perang. Ia lenyap begitu saja, seolah-olah ditelan bumi. Peristiwa ini diinterpretasikan sebagai tindakan untuk menjaga kesucian dan kedaulatan dirinya, serta kerajaannya, dari kehancuran dan penjajahan.
3. Versi Legenda dan Babat
Beberapa naskah kuno dan cerita tutur menyebutkan detail yang berbeda-beda:
- Babad Siliwangi: Menceritakan bahwa Prabu Siliwangi menghilang di Hutan Gerbang Saka Tunggal (daerah Gunung Salak).
- Legenda Rakyat: Banyak yang meyakini ia bersama para pengikut setianya (prajurit dan pembesar kerajaan) “masuk” ke alam lain atau menjelma menjadi macan (harimau). Inilah yang melatarbelakangi keyakinan masyarakat Sunda bahwa harimau adalah penjelmaan leluhur atau penjaga gaib.
- Kaitan dengan Alam Gaib: Kepergiannya diyakini bukanlah kematian, melainkan transisi menuju dimensi yang lebih tinggi untuk terus menjaga tanah Sunda dari segala marabahaya.
Teori dan Interpretasi atas Hilangnya Prabu Siliwangi
Para sejarawan dan budayawan mencoba menganalisis misteri ini dari berbagai sudut pandang:
- Interpretasi Simbolik: Hilangnya Prabu Siliwangi bisa dimaknai sebagai akhir dari era Hindu-Buddha di tanah Sunda. Kepergiannya yang gaib melambangkan transisi menuju zaman baru yang dipenuhi perubahan, khususnya dengan masuknya pengaruh Islam.
- Pembentukan Mitos: Untuk menjaga kewibawaan dan menghindari kesan kekalahan, seringkali dibuat narasi bahwa seorang pahlawan atau raja tidak mati biasa, tetapi menghilang secara misterius. Ini bertujuan untuk memberi harapan bahwa sang tokoh suatu saat akan kembali (“messianic myth”) ketika rakyatnya membutuhkan.
- Kenyataan Sejarah: Kemungkinan besar, Sri Baduga Maharaja wafat secara wajar. Namun, karena besarnya pengaruh dan rasa cinta rakyat, kisah kematiannya dikemas dalam bungkus legenda yang lebih heroik dan magis untuk diwariskan secara turun-temurun.
Warisan dan Pengaruh Legenda Siliwangi
Misteri hilangnya Prabu Siliwangi justru menjadi api yang terus menyulut warisannya:
- Budaya Populer: Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak film, sinetron, lagu, dan buku.
- Spiritualitas: Bagi sebagian masyarakat, Prabu Siliwangi adalah figur spiritual yang dihormati. Banyak orang melakukan “ziarah” ke tempat-tempat yang diyakini sebagai lokasi hilangnya, seperti di sekitar Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango.
- Identitas Budaya: Prabu Siliwangi telah menjadi ikon kebanggaan dan identitas budaya Sunda, simbol dari kejayaan masa lalu yang membanggakan.
- Lambang Kesatrian: Ia adalah personifikasi dari nilai-nilai kesatria, kebijaksanaan, dan kesaktian.
Penutup: Misteri yang Abadi
Misteri hilangnya Prabu Siliwangi mungkin永远不会 (yǒngyuǎn bù huì -永远不会) terpecahkan secara empiris. Ia telah melampaui batas sejarah dan masuk ke ranah mitos, legenda, dan keyakinan. Justru dalam ketidakpastian itulah kekuatan legenda ini berada. Ia menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu yang gemilang dengan masa kini, pengingat akan kearifan, keberanian, dan misteri yang menyelimuti sejarah Nusantara.
Prabu Siliwangi tidak pernah benar-benar hilang. Ia hidup abadi dalam ingatan kolektif, cerita rakyat, dan budaya masyarakat Sunda sebagai raja yang memilih untuk menjaga tanahnya dengan cara yang misterius, meninggalkan warisan yang terus dikenang dan sebuah teka-teki yang abadi untuk direnungkan.