Kerajaan Majapahit, salah satu imperium terbesar dalam sejarah Nusantara, meninggalkan warisan budaya yang luar biasa. Namun, di balik kemegahannya, tersembunyi sebuah misteri yang menggugah imajinasi selama berabad-abad: ke mana hilangnya harta karun Kerajaan Majapahit?

Ketika kerajaan ini runtuh sekitar abad ke-16, kekayaannya yang legendaris seolah-olah menguap begitu saja. Apakah harta itu dirampas musuh, disembunyikan, atau tersebar? Mari kita telusuri jejak misteri ini.
Kemegahan yang Menjadi Legenda
Pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, Majapahit menguasai hampir seluruh Nusantara. Kekuasaan yang luas ini tentu dibarengi dengan kekayaan yang melimpah ruah. Sumber-sumber sejarah, termasuk Negarakertagama, menggambarkan kemewahan istana.
Harta karun Majapahit tidak hanya berupa emas dan permata, tetapi juga:
- Pusaka kerajaan seperti keris, tombak, dan mahkota yang memiliki nilai magis dan historis tinggi.
- Pajak dan upeti dari daerah taklukkan yang berupa komoditas berharga seperti rempah-rempah, kayu cendana, dan hasil bumi lainnya.
- Koin emas dan perak yang menjadi alat tukar pada masanya.
Teori-Teori Hilangnya Harta Karun Majapahit
Terdapat beberapa teori yang mencoba menjelaskan nasib harta karun Majapahit setelah keruntuhannya.
1. Dirampas dan Dibawa Lari oleh Penjajah
Teori ini menyebutkan bahwa ketika Kesultanan Demak—kerajaan Islam pertama di Jawa—berhasil menaklukkan Majapahit, sebagian harta kerajaan diambil sebagai rampasan perang. Harta ini kemudian digunakan untuk membiayai pembangunan dan perluasan kekuasaan Demak.
2. Disembunyikan untuk Menyelamatkan Pusaka
Ini adalah teori paling populer dan penuh misteri. Konon, sebelum kerajaan benar-benar runtuh, para abdi dalem dan bangsawan setia menyelamatkan harta pusaka dengan menyembunyikannya di lokasi-lokasi rahasia. Tujuan mereka adalah agar pusaka warisan leluhur tidak jatuh ke tangan musuh.
- Gunung dan Hutan: Banyak legenda lokal yang menyebut harta Majapahit disembunyikan di dalam gua, dasar danau, atau hutan belantara. Wilayah seperti Gunung Lawu dan Gunung Wilis sering dikaitkan dengan legenda ini.
- Dibawa ke Bali: Saat Majapahit runtuh, banyak bangsawan dan intelektual yang mengungsi ke Bali. Diduga, mereka membawa serta sebagian harta dan pusaka kerajaan, yang kemudian disimpan dan dirawat di pura-pura besar di Bali.
3. Tersebar dan Melebur dalam Koleksi Pribadi
Teori yang lebih realistis adalah bahwa harta karun tersebut tidak hilang secara massal, tetapi perlahan-lahan tersebar. Pusaka dan emas mungkin dibawa oleh keluarga kerajaan yang tersisa, dijual, atau diwariskan secara turun-temurun hingga akhirnya menjadi koleksi pribadi yang tidak teridentifikasi.
4. Tenggelam atau Terkubur oleh Bencana Alam
Beberapa spekulasi juga menyebutkan bahwa perubahan geografis, seperti sedimentasi sungai atau letusan gunung berapi, mungkin telah mengubur lokasi-lokasi penyimpanan harta karun, membuatnya hilang untuk selamanya.
Lokasi-Lokasi yang Dipercaya Menyimpan Harta Karun Majapahit
Beberapa tempat di Jawa Timur dan Bali kerap dikaitkan dengan legenda harta karun Majapahit:
- Situs Trowulan: Sebagai ibu kota Majapahit, Trowulan di Mojokerto adalah lokasi paling logis untuk memulai pencarian. Banyak artefak emas dan perhiasan telah ditemukan di sini, meski bukan dalam jumlah yang fantastis.
- Gunung Lawu: Legenda menyebutkan bahwa Gunung Lawu adalah tempat pertapaan raja-raja Majapahit terakhir. Banyak pemburu harta karun yang mencoba peruntungan di lereng gunung ini, meski sering kali berakhir dengan kegagalan atau bahkan tragedi.
- Pura-Pura di Bali: Pura-pura seperti Pura Besakih dan Pura Sakenan diyakini menyimpan beberapa pusaka penting dari era Majapahit yang dibawa oleh para pengungsi.
Fakta di Balik Misteri: Arkeologi vs Legenda
Para arkeolog memang terus melakukan penggalian di Situs Trowulan. Penemuan-penemuan seperti fondasi candi, saluran air, dan berbagai artefak kehidupan sehari-hari telah banyak mengungkap kehidupan masa lalu. Namun, penemuan “harta karun” dalam artian tumpukan emas dan permata belum pernah terjadi.
Ini menguatkan pendapat bahwa “harta karun” Majapahit yang sesungguhnya mungkin bukanlah ruangan penuh emas, melainkan:
- Sistem ekonomi dan perdagangan yang maju.
- Warisan budaya dan arsitektur yang tercermin dari candi dan situs peninggalannya.
- Karya sastra yang menjadi panduan moral dan sejarah.
Kesimpulan: Harta yang Tak Ternilai
Misteri hilangnya harta karun Kerajaan Majapahit mungkin akan tetap menjadi teka-teki yang menarik untuk diungkap. Meski emas dan permata fisiknya mungkin telah tersebar atau hilang, warisan terbesar Majapahit justru tidak dapat dicuri atau dihilangkan: pengaruhnya terhadap bahasa, hukum, seni, dan budaya Nusantara yang masih dapat kita rasakan hingga hari ini.
Pencarian harta karun secara fisik mungkin akan terus berlanjut, tetapi memahami dan melestarikan warisan budaya yang masih ada adalah bentuk lain dari “menemukan” harta karun sesungguhnya dari kerajaan agung ini.