Candi Borobudur, mahakarya agung Dinasti Syailendra di abad ke-9, telah lama memikat dunia dengan keindahan arsitekturnya dan kedalaman ajaran spiritual yang terpahat di setiap reliefnya. Namun, di balik kemegahan 2.672 panel relief dan 504 arca Buddha, tersembunyi sebuah misteri matematis dan filosofis yang mencengangkan: dominasi angka “1”. Misteri ini bukan sekadar kebetulan, melainkan sebuah pesan universal yang dirancang dengan sengaja oleh para arsiteknya.

Apa sebenarnya rahasia di balik angka 1 di Candi Borobudur yang menggemparkan itu? Mari kita telusuri lebih dalam.
1. Satu Stupa Utama: Puncak Pencerahan
Yang paling terlihat adalah satu stupa utama yang berada di puncak Candi Borobudur. Stupa ini berbeda dari 72 stupa berlubang (berongga) yang mengelilinginya. Stupa utama ini tertutup rapat, melambangkan kesempurnaan tertinggi, kebijaksanaan sejati, dan pencerahan sempurna (Nirwana).
Dalam ajaran Buddha, perjalanan spiritual adalah perjalanan menuju kesatuan dengan alam semesta, meleburkan ego dan mencapai keadaan “Satu”. Stupa utama ini adalah representasi final dari perjalanan itu. Ia berdiri sendiri di puncak, sebagai tujuan akhir dari seluruh perjalanan rohani yang dilambangkan oleh 10 tingkat candi (6 teras berbentuk bujur sangkar, 3 teras berbentuk lingkaran, dan 1 pusat).
2. Satu Konsep Arsitektur: Mandala Raksasa
Candi Borobudur bukan sekadar bangunan; ia adalah satu representasi sempurna dari alam semesta dalam konsep Mandala. Strukturnya yang terdiri dari Kamadhatu (dunia hasrat), Rupadhatu (dunia berbentuk), dan Arupadhatu (dunia tanpa bentuk) adalah satu kesatuan utuh yang tak terpisahkan. Setiap tingkatan saling terhubung, membimbing peziarah dari satu tahap kesadaran menuju tahap yang lebih tinggi.
Konsep “satu” di sini melambangkan keutuhan kosmos. Borobudur adalah miniatur dari satu alam semesta, tempat semua elemen—manusia, dewa, alam, dan nirwana—berada dalam satu harmoni.
3. Satu Simbol Kosmologi: Gunung Meru
Dalam kosmologi Buddha dan Hindu, Gunung Meru (atau Sumeru) diyakini sebagai poros alam semesta, pusat dari semua dunia. Candi Borobudur didesain sebagai satu replika dari Gunung Meru di dunia nyata. Bentuknya yang berundak-undak menuju puncak yang runcing persis seperti penggambaran gunung suci tersebut.
Ini menegaskan posisinya sebagai “pusat dunia,” satu titik di mana yang sakral dan yang duniawi bertemu. Keberadaannya sebagai satu Gunung Meru menjadikannya tempat yang paling sempurna untuk bermeditasi dan mendekatkan diri pada yang Ilahi.
4. Satu Perjalanan Spiritual: Jalan Berliku Menuju Kesatuan
Seluruh perjalanan mengitari Candi Borobudur adalah sebuah prosesi ritual yang mengarah pada satu tujuan. Peziarah diharuskan berjalan searah jarum jam, memutar dari dasar hingga ke puncak. Perjalanan ini, yang dikenal sebagai Pradaksina, adalah satu rute suci yang melambangkan perjalanan manusia meninggalkan dunia nafsu dan ilusi menuju pencerahan.
Tidak ada jalan pintas. Hanya ada satu jalan yang benar, satu proses yang harus dilalui. Ini adalah metafora dari kehidupan itu sendiri: satu perjalanan linier menuju kesadaran yang lebih tinggi.
5. Satu Pesan Universal: Kesatuan dalam Keberagaman
Misteri angka 1 di Candi Borobudur yang paling menggemparkan mungkin terletak pada pesan filosofisnya. Candi ini, meskipun merupakan monumen Buddha, memuat relief yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa kuno, cerita-cerita dari kitab Lalitavistara dan Jataka, serta konsep-konsep yang selaras dengan kepercayaan lokal.
Hal ini menunjukkan sebuah visi tentang “kesatuan” kehidupan. Tidak ada pemisahan yang absolut antara yang sakral dan yang profan, antara ajaran agama dan kearifan lokal. Semuanya adalah satu bagian dari lanskap spiritual Nusantara. Pesan “1” di sini adalah pesan toleransi, inklusivitas, dan pengakuan bahwa semua makhluk pada akhirnya berasal dari sumber yang sama.
Kesimpulan: Makna di Balik Kesatuan
Misteri angka 1 di Candi Borobudur bukanlah sebuah kode rahasia yang harus dipecahkan, melainkan sebuah pernyataan filosofis yang agung. Dari satu stupa utama, satu konsep mandala, hingga satu pesan universal, Borobudur mengajarkan kita tentang perjalanan menuju kesatuan—dengan diri sendiri, dengan sesama, dan dengan alam semesta.
Kegeniusan para leluhur kita terletak pada kemampuan mereka untuk merangkum kompleksitas kehidupan dan spiritualitas ke dalam sebuah simbol yang begitu sederhana namun mendalam: Angka 1. Inilah warisan sesungguhnya dari Candi Borobudur yang terus relevan hingga hari ini, mengingatkan kita bahwa dalam keragaman yang kita lihat, selalu ada kesatuan yang menghubungkan kita semua.
Dengan mengungkap misteri ini, kita tidak hanya semakin mengagumi Candi Borobudur sebagai destinasi wisata, tetapi juga menghargainya sebagai mahakarya pemikiran yang abadi.