Apa Itu Dark Matter?
Dark matter atau materi gelap adalah komponen tak terlihat yang diperkirakan menyusun sekitar 27% dari total massa-energi alam semesta. Berbeda dengan materi biasa (bintang, planet, gas), dark matter tidak memancarkan, menyerap, atau memantulkan cahaya, sehingga mustahil dideteksi dengan teleskop optik biasa.

Meski tak terlihat, para ilmuwan yakin dark matter ada karena pengaruh gravitasinya pada objek astronomi seperti galaksi dan gugus galaksi. Tanpa dark matter, struktur alam semesta tidak akan terbentuk seperti yang kita amati saat ini.
Bukti Keberadaan Dark Matter
1. Rotasi Galaksi
Pada 1930-an, astronom Fritz Zwicky mengamati bahwa galaksi dalam gugus Comet bergerak lebih cepat daripada yang seharusnya jika hanya mengandalkan massa yang terlihat. Ia menduga ada “materi yang hilang” yang memberikan gravitasi ekstra.
Di tahun 1970-an, Vera Rubin mengonfirmasi fenomena ini dengan mempelajari kurva rotasi galaksi spiral. Menurut hukum Kepler, bintang di tepi galaksi seharusnya bergerak lebih lambat, namun kenyataannya kecepatannya tetap tinggi. Ini menunjukkan adanya massa tak terlihat (dark matter) yang menahan galaksi agar tidak terpecah.
2. Lensa Gravitasi
Einstein memprediksi bahwa massa besar dapat membelokkan cahaya dari objek latar belakang (efek lensa gravitasi). Pengamatan menunjukkan bahwa pembelokan cahaya di gugus galaksi jauh lebih kuat daripada yang dihasilkan oleh materi biasa saja, mengindikasikan adanya dark matter yang memperkuat gravitasi.
3. Latar Belakang Gelombang Mikro Kosmik (CMB)
Data dari satelit Planck dan WMAP menunjukkan fluktuasi suhu di CMB yang konsisten dengan model alam semesta yang mengandung dark matter. Tanpa dark matter, struktur alam semesta tidak akan terbentuk secepat ini.
Apa Saja Kandidat Dark Matter?
Para ilmuwan belum mengetahui secara pasti partikel penyusun dark matter, tetapi beberapa teori utama meliputi:
1. WIMPs (Weakly Interacting Massive Particles)
Partikel hipotetis yang berinteraksi lemah dengan materi biasa tetapi memiliki massa signifikan. Eksperimen seperti LUX dan XENON1T berusaha mendeteksi WIMPs di laboratorium bawah tanah.
2. Axions
Partikel ultra-ringan yang awalnya diusulkan untuk menjelaskan masalah simetri dalam fisika kuantum. Axions bisa menjadi komponen dark matter karena sifatnya yang sulit dideteksi.
3. MACHOs (Massive Compact Halo Objects)
Objek padat seperti black hole kecil, bintang neutron, atau katai cokelat yang tidak memancarkan cahaya. Namun, pengamatan menunjukkan MACHOs tidak cukup banyak untuk menjelaskan seluruh dark matter.
Peran Dark Matter dalam Evolusi Alam Semesta
- Pembentukan Galaksi: Dark matter berperan sebagai kerangka kosmis yang menarik materi biasa melalui gravitasi, memungkinkan terbentuknya galaksi dan struktur besar lainnya.
- Struktur Skala Besar: Dark matter membentuk jaring kosmik (cosmic web) yang menghubungkan gugus galaksi dalam filamen raksasa.
- Nasib Alam Semesta: Jumlah dark matter memengaruhi apakah alam semesta akan terus mengembang, melambat, atau kolaps di masa depan.
Mengapa Dark Matter Masih Misterius?
Meskipun bukti keberadaannya kuat, dark matter belum pernah terdeteksi langsung. Eksperimen seperti Large Hadron Collider (LHC) dan observatorium IceCube terus mencari tanda-tandanya. Beberapa ilmuwan bahkan mengajukan teori alternatif seperti Modified Newtonian Dynamics (MOND), yang mencoba menjelaskan fenomena galaksi tanpa dark matter.
Kesimpulan
Dark matter adalah salah satu misteri terbesar sains modern. Meski tidak terlihat, pengaruhnya sangat nyata dalam membentuk alam semesta. Penemuan sifat sejatinya bisa merevolusi pemahaman kita tentang fisika dan kosmologi.
Dengan penelitian terus berlanjut, siapa tahu dalam beberapa dekade ke depan, manusia akhirnya berhasil mengungkap rahasia dark matter!