Mataram—nama yang menggema dalam sejarah Nusantara, menyimpan segudang kisah heroik, tragedi, dan misteri yang tak terpecahkan. Salah satu legenda yang paling memikat dan terus menjadi bahan perbincangan adalah hilangnya sejumlah pusaka kerajaan Mataram yang konon “ditelan bumi.” Apakah ini sekadar metafora, sebuah bencana alam, ataukah ada konspirasi besar di baliknya? Artikel ini akan menyelami lorong waktu untuk mengungkap fakta sejarah, mitos, dan berbagai teori yang menyelimuti hilangnya harta karun para raja Mataram tersebut.

Pusaka Mataram: Lebih dari Sekadar Benda
Dalam budaya Jawa, pusaka bukanlah benda mati biasa. Ia diyakini memiliki “nyawa” atau kekuatan spiritual (khadam) yang menjadi simbol kewibawaan, legitimasi kekuasaan, dan keselamatan kerajaan. Pusaka-pusaka Kerajaan Mataram, seperti Keris Kyai Plered, Tombak Kyai Baru, atau Keris Kyai Sengkelat, dianggap sebagai tumpukan kekuatan magis dan politik.
Hilangnya pusaka-pusaka semacam ini bukan berarti kehilangan harta, melainkan kehilangan “mandat” atau restu untuk memimpin. Inilah yang membuat kisah “hilang ditelan bumi” menjadi begitu signifikan dan penuh teka-teki.
Konteks Sejarah: Perang, Perebutan Tahta, dan Pengkhianatan
Kerajaan Mataram (Islam) mengalami beberapa periode perpindahan pusat pemerintahan dan konflik internal yang berdarah. Dari Kotagede ke Plered, lalu ke Kartasura, dan akhirnya terpecah menjadi Surakarta dan Yogyakarta melalui Perjanjian Giyanti (1755).
Dalam setiap gejolak peralihan kekuasaan inilah, nasib pusaka kerajaan seringkali menjadi taruhan. Beberapa peristiwa sejarah yang sering dikaitkan dengan hilangnya pusaka adalah:
- Runtuhnya Plered (akhir abad ke-17): Ibu kota Mataram di Plered jatuh akibat pemberontakan Trunajaya. Konon, dalam kekacauan ini, banyak pusaka Amangkurat I yang hilang atau sengaja disembunyikan.
- Pemberontakan dan Peralihan Kekuasaan: Setiap kali terjadi pemberontakan (seperti pemberontakan Raden Mas Said), pusaka bisa menjadi simbol perlawanan. Jika pihak pemberontak kalah, pusakanya mungkin disembunyikan atau “diamankan” untuk menghilangkan legitimasi saingan.
Teori “Ditelan Bumi”: Dari Mitos hingga Kemungkinan Ilmiah
Frasa “ditelan bumi” dalam legenda bisa diinterpretasikan dalam beberapa cara, mulai dari yang mistis hingga yang rasional.
1. Teori Mistis dan Spiritual
Dalam kepercayaan Jawa, bumi adalah entitas yang hidup. Benda-benda pusaka yang memiliki energi sangat kuat diyakini bisa “kembali” ke alam gaib atau “turun” ke dalam bumi ketika tugas atau zamannya telah usai. Ini adalah cara alam semesta “menarik kembali” kekuatannya agar tidak jatuh ke tangan yang salah. Banyak penutur cerita rakyat di sekitar Mataram (Lombok) dan Jawa yang meyakini hal ini, bahwa pusaka itu tidak hilang, tetapi hanya tersembunyi dari pandangan manusia biasa.
2. Teori Bencana Alam
Mataram dan sekitarnya, baik di Jawa maupun Lombok, berada di kawasan yang aktif secara geologis. Gempa bumi dan likuifaksi (tanah bergerak seperti di Palu) adalah fenomena yang mungkin terjadi. Sangat mungkin bahwa dalam sebuah bencana besar, gudang atau tempat persembunyian pusaka terkubur oleh longsoran tanah atau amblas ke dalam bumi. Peristiwa inilah yang kemudian diceritakan secara turun-temurun sebagai “ditelan bumi.”
3. Teori Konspirasi dan Politik
Inilah teori yang paling menarik dan penuh intrik. Hilangnya pusaka bisa jadi adalah sebuah operasi rahasia yang dirancang untuk:
- Melindungi Kekuasaan: Seorang raja atau calon raja baru mungkin sengaja menyembunyikan atau melenyapkan pusaka pendahulunya untuk memutus hubungan dengan rezim lama dan memperkuat legitimasi dirinya sendiri.
- Menghindari Perebutan: Agar pusaka tidak dijadikan simbol pemberontakan, pihak kerajaan mungkin sengaja mengubur atau menyembunyikannya di lokasi rahasia. Kisah “ditelan bumi” kemudian disebarkan untuk menghentikan pencarian.
- Dikubur oleh Sang Empu atau Penjaga: Beberapa pusaka dipercaya “dititipkan” kepada empu atau abdi dalem tertentu. Ketika mereka merasa ajal mendekat dan tidak ada penerus yang layak, mereka mungkin memilih untuk mengubur pusaka tersebut bersama rahasianya, sehingga seolah-olah hilang ditelan bumi.
Misteri yang Tetap Hidup: Pencarian yang Tak Pernah Usai
Hingga hari ini, legenda ini tetap hidup. Banyak pemburu harta karun, paranormal, dan sejarawan amatir yang masih berusaha melacak keberadaan pusaka-pusaka tersebut. Daerah-daerah bekas kerajaan Mataram, seperti sekitar Yogyakarta, Surakarta, dan Mataram di Lombok (yang meski secara historis berbeda, memiliki nama yang sama dan kaya akan legenda), sering menjadi target eksplorasi.
Namun, pencarian ini jarang membuahkan hasil. Hal ini semakin mengukuhkan keyakinan bahwa misteri pusaka Raja Mataram yang hilang mungkin memang bukan untuk dipecahkan. Ia adalah bagian dari warisan budaya yang lebih berharga sebagai cerita dan pelajaran sejarah daripada sebagai benda fisik.
Kesimpulan
Konspirasi pusaka Raja Mataram yang hilang ditelan bumi adalah sebuah tapestri rumit yang ditenun dari benang-benang sejarah, mitologi, spiritualitas, dan politik. Meski kita mungkin tidak pernah tahu kebenaran pastinya, kisah ini mengajarkan kita tentang betapa dalamnya hubungan antara kekuasaan, keyakinan, dan warisan budaya. Ia adalah pengingat bahwa beberapa misteri di dunia ini tidak dimaksudkan untuk dipecahkan, tetapi untuk direnungkan, menjaga api sejarah dan imajinasi kita tetap menyala.