Yeonsangun of Joseon sering dicatat dalam sejarah Korea sebagai tirani paling gila dan kejam yang pernah memerintah. Pemerintahannya (1494-1506) dipenuhi dengan pembersihan berdarah, pembunuhan para sarjana, dan dekrit yang tidak masuk akal. Namun, di balik narasi “kegilaan” ini, tersembunyi teori menarik yang melibatkan para dokter istana dan kemungkinan penggunaan racun. Apakah perilaku brutal Yeonsangun murni akibat trauma psikologis, atau ada campur tangan medis yang jahat yang memperburuk keadaannya? Artikel ini mengupas tuntas misteri tersebut.

Siapa Yeonsangun? Raja yang Dibentuk oleh Trauma
Sebelum menyelami peran dokter istana, penting untuk memahami latar belakang Yeonsangun. Dia terlahir sebagai Yi Yung, putra mahkota Raja Seongjong dan Selir Yun. Nasibnya berubah secara tragis pada tahun 1482, ketika ibunya, Selir Yun, dieksekusi karena didakwa cemburu dan mencoba meracuni ratu.
Raja Seongjong, untuk melindungi putranya, menyembunyikan kebenaran ini. Yi Yung dibesarkan sebagai putra ratu, tidak mengetahui asal-usulnya yang sebenarnya. Dia naik takhta pada tahun 1494 sebagai Raja Yeonsangun, masih buta akan tragedi kelam ibunya.
Pemicu Kegilaan: Penemuan Kebenaran yang Pahit
Pada tahun 1504, seorang pejabat yang dendam akhirnya memberitahu Yeonsangun tentang eksekusi ibunya yang kejam. Berita ini menghancurkan dunia raja. Trauma masa kecil yang terpendam meledak menjadi kemarahan yang tak terbendung.
Dia membalas dendam dengan membantai para pejabat yang terlibat, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati (dengan menggali kuburan mereka). Dia memaksa adiknya bunuh diri dan menghukum siapa saja yang dia anggap bersalah. Peristiwa ini, yang dikenal sebagai Pembersihan Para Sarjana Tahun 1504, menandai titik balik menuju pemerintahan terror absolut.
Peran Dokter Istana (太醫, Taeui) di Joseon
Dalam sistem kerajaan Joseon, dokter istana memegang peran yang sangat krusial dan sensitif. Mereka adalah elit medis yang bertanggung jawab atas kesehatan raja dan keluarga kerajaan. Keahlian mereka berasal dari pengobatan tradisional Korea yang didasarkan pada teori Yin-Yang dan keseimbangan elemen dalam tubuh.
Mereka meresepkan ramuan herbal kompleks, melakukan akupunktur, dan merekomendasikan diet khusus. Kedekatan mereka dengan raja membuat mereka memiliki pengaruh besar, tetapi juga menempatkan mereka dalam posisi yang sangat berbahaya. Sebuah kesalahan diagnosis atau resep bisa berakibat pada hukuman mati.
Akses ke Racun dan Obat-Obatan
Dokter istana memiliki akses penuh ke gudang herbal kerajaan, yang berisi ratusan bahan, mulai yang menyembuhkan hingga yang mematikan. Mereka ahli dalam farmakologi dan mengetahui persis dosis yang dibutuhkan untuk mengobati, serta dosis yang bisa melukai atau membunuh.
Racun-racun terkenal pada masa itu termasuk:
- Aquilaria agallocha (Gaharu): Dalam dosis tinggi, bisa menyebabkan halusinasi dan keracunan.
- Aconite (Bushi): Akar yang sangat beracun, sering digunakan dalam dosis kecil untuk pengobatan, tetapi mematikan jika berlebihan.
- Mercury (Air Raksa): Digunakan dalam beberapa eliksir, tetapi menyebabkan keracunan logam berat dan kerusakan neurologis jika terakumulasi.
Teori Racun: Apakah Dokter Istana Meracuni Yeonsangun?
Inilah inti dari kontroversi. Apakah perubahan drastis perilaku Yeonsangun murni psikologis, atau ada faktor kimiawi yang memperburuknya?
1. Motif untuk Meracuni
Banyak faksi di istana yang memiliki motif kuat untuk menyingkirkan Yeonsangun. Para sarjana Confucian, pejabat yang hidup dalam ketakutan, dan bahkan anggota keluarganya sendiri mungkin ingin menghentikan kekejamannya. Membunuh raja secara langsung adalah pengkhianatan tingkat tinggi, tetapi secara perlahan “membuatnya sakit” atau memperburuk kondisi mentalnya bisa menjadi strategi yang lebih halus.
2. Gejala yang Konsisten dengan Keracunan Logam Berat
Beberapa catatan sejarah menggambarkan gejala Yeonsangun yang mirip dengan keracunan merkuri atau logam berat lainnya, seperti:
- Perubahan suasana hati (mood swings) yang ekstrem dan ledakan kemarahan yang tidak terkendali.
- Paranoia akut, yang menjelaskan mengapa dia melihat musuh di mana-mana.
- Insomnia dan kegelisahan.
- Kerusakan neurologis yang dapat memengaruhi penilaian dan kontrol impuls.
Jika seorang dokter istana yang jahat secara diam-diam menambahkan sedikit merkuri atau racun lain ke dalam tonik atau ramuan raja, efeknya akan terakumulasi dari waktu ke waktu, memperburuk kondisi mentalnya yang sudah rapuh.
3. Resep yang Disengaja atau Kelalaian?
Kemungkinan lain adalah bahwa dokter istana, yang takut pada raja, mungkin terus meresepkan obat penenang atau ramuan kuat untuk mengendalikan amukannya. Obat-obatan ini, dalam dosis yang salah atau digunakan dalam jangka panjang, bisa memiliki efek samping yang merusak, tanpa niat jahat untuk meracuni secara eksplisit.
Analisis: Trauma vs. Racun – Mana yang Lebih Meyakinkan?
Kebanyakan sejarawan modern condong pada penjelasan psikologis sebagai akar utama perilaku Yeonsangun.
- Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD): Penemuan kebenaran tentang ibunya adalah pemicu trauma masa kecil yang sangat besar. Gejalanya—kemarahan, kilas balik, paranoia, dan perilaku impulsif—sangat cocok dengan PTSD kompleks.
- Paranoia dan Kekuasaan Absolut: Memiliki kekuasaan mutlak tanpa check and balance dapat memperburuk kondisi mental siapa pun. Rasa takut terhadap konspirasi adalah hal yang umum di antara penguasa absolut.
Namun, teori racun tidak bisa sepenuhnya diabaikan. Sangat mungkin bahwa:
Trauma psikologis adalah bensin, dan racun (jika ada) adalah percikan api yang mempercepat kebakaran. Perilaku brutalnya mungkin berasal dari trauma, tetapi kondisi neurologisnya yang memburuk bisa diperparah oleh praktik medis yang jahat atau bahkan keliru pada zaman itu.
Tidak ada bukti langsung yang tak terbantahkan dalam catatan sejarah (Annals of the Joseon Dynasty) yang menyatakan dengan jelas bahwa Yeonsangun diracuni. Catatan-catatan itu, yang ditulis oleh para pemenang (para sarhana yang menggulingkannya), memiliki bias mereka sendiri untuk menggambarkannya sebagai raja yang jahat dan “gila” demi legitimasi penguasa berikutnya.
Warisan Yeonsangun: Pelajaran Pahit dari Kekuasaan
Pemerintahan Yeonsangun berakhir dengan kudeta pada tahun 1506 yang menempatkan Raja Jungjong di atas takhta. Warisannya adalah pelajaran abadi tentang bahaya kekuasaan absolut, dampak traumatis masa kecil, dan kerentanan sistem kerajaan terhadap manipulasi dari dalam, termasuk oleh mereka yang dipercaya untuk merawat sang raja—dokter istana.
Kesimpulan
Kisah Yeonsangun adalah tambal sulam yang kompleks antara psikologi, politik, dan kemungkinan intervensi medis. Sementara trauma dari masa lalunya tetap menjadi penjelasan yang paling meyakinkan untuk “kegilaannya,” peran dokter istana dan akses mereka kepada racun tetap menjadi bidang spekulasi yang menarik. Teori bahwa racun memperburuk keadaannya adalah mungkin dan masuk akal secara historis, meskipun sulit untuk dibuktikan. Pada akhirnya, dia adalah produk dari sistem yang kejam yang membentuknya, dan mungkin juga menjadi korban dari sistem yang sama yang seharusnya menyembuhkannya. Misteri racun di balik kegilaan Yeonsangun tetap menjadi bagian dari daya tarik tragis dari salah satu raja paling kontroversial dalam sejarah Korea.