Di era informasi yang serba cepat, teori konspirasi seringkali menemukan tempatnya untuk berkembang pesat. Salah satu teori yang kembali mencuat dan menggemparkan jagat maya adalah keyakinan bahwa Bumi Datar (Flat Earth). Meski bertentangan dengan ribuan tahun penelitian sains, teori ini berhasil menarik perhatian banyak orang. Lalu, apa sebenarnya yang mendasari keyakinan ini, dan bagaimana sains membuktikan bahwa klaim-klaimnya keliru? Artikel ini akan mengupas tuntas teori konspirasi populer tersebut.

Apa Itu Teori Bumi Datar?
Teori Bumi Datar adalah keyakinan bahwa bentuk planet Bumi bukanlah bulat seperti bola (oblate spheroid), melainkan datar seperti piringan. Dalam model ini, Kutub Utara berada di tengah-tengah piringan, sementara Antartika bukan sebuah benua melainkan dinding es raksasa yang mengelilingi tepiannya untuk menahan lautan agar tidak tumpah.
Matahari dan Bulan diyakini berukuran kecil dan berputar-putar di atas permukaan Bumi, bagaikan lampu sorot yang menerangi area tertentu, sehingga menciptakan fenomena siang dan malam. Gravitasi juga ditolak dalam model ini; sebagai gantinya, mereka meyakini bahwa Bumi yang datar terus bergerak ke atas dengan percepatan 9,8 m/s², yang menciptakan sensasi gravitasi.
Sejarah Singkat: Bukan Ide Baru
Keyakinan bahwa Bumi datar sebenarnya bukanlah hal baru. Banyak peradaban kuno, seperti Babilonia dan Yunani Kuno awal, memiliki konsep kosmologi yang mencakup Bumi yang datar. Namun, sejak abad ke-4 SM, filsuf Yunani seperti Plato dan Aristoteles sudah mulai mengajukan bukti-bukti tentang kelengkungan Bumi.
Pada abad ke-3 SM, Eratosthenes bahkan berhasil menghitung keliling Bumi dengan akurasi yang mencengangkan menggunakan perbedaan bayangan di dua kota yang jaraknya diketahui. Sejak saat itu, konsensus ilmiah bahwa Bumi bulat telah mapan dan terus diperkuat oleh penemuan-penemuan selanjutnya, seperti pelayaran keliling dunia pertama oleh Ferdinand Magellan.
Kebangkitan kembali teori ini di era modern sering dikaitkan dengan seorang penulis Inggris abad ke-19, Samuel Rowbotham, yang mempopulerkan gagasan “Bumi datar” melalui bukunya yang bernama “Zetetic Astronomy”. Gagasannya kemudian diadopsi oleh berbagai kelompok di abad ke-20 dan akhirnya menemukan momentum barunya di era internet.
Klaim-Utan Para Penganut Bumi Datar dan Bantahannya oleh Sains
Para penganut teori ini mengajukan beberapa argumen yang mereka anggap sebagai “bukti”. Berikut adalah klaim-klaim utama mereka dan penjelasan ilmiah yang membantahnya.
1. Klaim: “Horison Terlihat Selalu Datar”
Argumen: Mata manusia tidak dapat melihat kelengkungan Bumi dari permukaan tanah. Permukaan laut atau dataran yang luas terlihat benar-benar datar.
Bantahan Sains: Memang, dari ketinggian rata-rata manusia, kelengkungan Bumi terlalu besar untuk dideteksi oleh mata telanjang. Namun, kelengkungan ini menjadi sangat jelas terlihat dari ketinggian tertentu. Foto-foto dari balon atmosfer, pesawat jet komersial (pada ketinggian 10-12 km), dan tentu saja dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dengan jelas menunjukkan lengkungan Bumi. Selain itu, efek kelengkungan dapat diamati dengan mudah ketika sebuah kapal laut menjauh; lambung kapal akan menghilang terlebih dahulu sebelum tiangnya, seolah-olah kapal itu “tenggelam” di balik horison.
2. Klaim: “Gravitasi Tidak Ada, Bumi Hanya Terus Bergerak Naik”
Argumen: Gravitasi adalah teori yang salah. Bumi yang datar didorong ke atas dengan percepatan 9,8 m/s², yang menyebabkan benda-benda memiliki berat.
Bantahan Sains: Klaim ini melanggar hukum fisika dasar. Jika Bumi terus dipercepat ke atas, kecepatannya akan mendekati kecepatan cahaya dalam waktu yang tidak terlalu lama, yang jelas tidak terjadi. Selain itu, hukum gravitasi Newton dan teori relativitas Einstein telah berhasil memprediksi pergerakan planet, keberadaan lubang hitam, dan perilaku waktu dengan sangat akurat. Gravitasi adalah salah satu gaya fundamental yang telah diverifikasi melalui eksperimen tak terhitung jumlahnya.
3. Klaim: “NASA dan Pemerintah Berbohong”
Argumen: Semua bukti bahwa Bumi bulat—termasuk foto dari luar angkasa—adalah hasil rekayasa NASA dan lembaga antariksa lainnya yang merupakan bagian dari konspirasi global.
Bantahan Sains: Konspirasi sebesar ini mustahil untuk dijaga kerahasiaannya. Ribuan ilmuwan, insinyur, dan astronot dari puluhan negara (baik sekutu maupun musuh selama Perang Dingin) akan harus terlibat dalam kebohongan ini tanpa ada satu pun yang membocorkannya. Selain NASA, ada juga Roscosmos (Rusia), CNSA (China), ESA (Eropa), JAXA (Jepang), dan ISRO (India). Semua lembaga independen ini memiliki data dan foto yang konsisten tentang Bumi yang bulat.
4. Klaim: “Penerbangan Pesawat Tidak Memperhitungkan Kelengkungan”
Argumen: Pilot tidak perlu terus-menerus menurunkan hidung pesawat untuk mengkompensasi kelengkungan Bumi, sehingga membuktikan Bumi datar.
Bantahan Sains: Ini adalah kesalahpahaman mendasar tentang bagaimana gravitasi dan penerbangan bekerja. Pesawat terbang terbang mengikuti medan gravitasi Bumi. Gravitasilah yang menjaga atmosfer tetap melekat pada Bumi dan menarik segala sesuatu, termasuk pesawat, menuju pusat massa Bumi. Pilot mengemudikan pesawat relatif terhadap permukaan Bumi yang melengkung, bukan pada garis lurus di ruang hampa.
Mengapa Teori Ini Tetap Bertahan di Era Modern?
Psikologi manusia memainkan peran kunci dalam menerima teori konspirasi seperti Bumi Datar. Beberapa alasannya antara lain:
- Rasa Ingin Tahu dan Skeptisisme yang Salah Arah: Keinginan untuk mempertanyakan otoritas adalah hal yang sehat. Namun, ketika skeptisisme ini diarahkan bukan pada sumber yang kredibel melainkan pada fantasi yang tidak berdasar, maka terjadilah penolakan terhadap sains.
- Rasa Memiliki Komunitas: Bergabung dengan kelompok “pemberontak” yang merasa memiliki pengetahuan rahasia memberikan rasa kebersamaan dan identitas yang kuat bagi para anggotanya.
- Ketidakpercayaan pada Institusi: Kekecewaan terhadap pemerintah, lembaga ilmiah, atau media mainstream membuat一些人 lebih mudah percaya bahwa institusi-institusi ini sengaja menipu publik.
- Efek Dunning-Kruger: Sebuah bias kognitif di mana seseorang dengan pengetahuan terbatas di suatu bidang justru merasa lebih ahli daripada para ahli yang sebenarnya.
Kesimpulan: Kebenaran yang Tak Terbantahkan
Teori Bumi Datar mungkin terdengar menarik sebagai cerita fiksi ilmiah, namun sama sekali tidak memiliki dasar dalam realitas ilmiah. Bukti bahwa Bumi bulat sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu dan terus diperkuat oleh kemajuan teknologi, dari pelayaran kuno hingga satelit modern.
Menerima bahwa Bumi bulat bukan berarti percaya begitu saja pada NASA atau pemerintah. Ini tentang memahami metode ilmiah—proses pengamatan, pengujian, verifikasi oleh pihak independen, dan kesimpulan yang didasarkan pada bukti. Sains bukan tentang kepercayaan buta, melainkan tentang bukti yang dapat diuji oleh siapa pun, di mana pun.
Jadi, benarkah Bumi datar? Jawaban sains, dengan segala bukti yang tak terbantahkan, adalah: tidak. Bumi adalah planet yang indah, bulat, dan tergantung di ruang angkasa, yang telah dipelajari dan dikagumi oleh umat manusia selama berabad-abad.