Akhir Majapahit & Misteri Kematian Gajah Mada

Kerajaan Majapahit dikenal sebagai kemaharajaan terbesar dalam sejarah Nusantara yang menguasai wilayah yang sangat luas. Puncak kejayaannya sering dikaitkan dengan sosok Mahapatih yang legendaris: Gajah Mada. Namun, di balik gemilangnya keemasan, tersembunyi sebuah misteri besar yang menjadi titik balik kemundurannya: kematian Gajah Mada dan rangkaian peristiwa yang mengikhtiarkan akhir Majapahit.

Majapahit

Artikel ini akan mengupas tuntas jejak sejarah, analisis, dan berbagai teori seputar masa-masa akhir keemasan Majapahit.

Puncak Kejayaan di Bawah Gajah Mada

Sebelum membahas keruntuhannya, penting untuk memahami betapa kokohnya Majapahit di masa jayanya. Di bawah sumpahnya yang terkenal, Sumpah Palapa, Gajah Mada bertekad mempersatukan Nusantara. Dibuktikan dengan kepemimpinannya yang brilian, wilayah kekuasaan Majapahit membentang dari Sumatra, Semenanjung Malaya, Borneo, hingga Indonesia Timur, dibuktikan dalam kitab Negarakertagama.

Gajah Mada bukan hanya seorang panglima perang, tetapi juga negarawan ulung yang menjadi tulang punggung pemerintahan tiga raja: Tribhuwana Wijayatunggadewi, Hayam Wuruk, dan sebagian masa Wikramawardhana. Keberadaannya adalah simbol stabilitas dan kekuatan militer Majapahit.

Misteri Kematian Gajah Mada: Hilangnya Sang Poros Utama

Salah satu teka-teki terbesar sejarah Indonesia kuno adalah kematian Gajah Mada. Tidak seperti tokoh besar lainnya, catatan tentang akhir hidupnya sangat minim dan samar.

  • Sumber Sejarah yang Samar: Kitab Negarakertagama (1365 M) yang ditulis di masa kejayaan, masih menyebut Gajah Mada dalam posisi aktif. Sementara itu, kitab Pararaton dan beberapa prasasti hanya menyiratkan ketiadaannya setelah tahun 1364 M. Tidak ada prasasti atau naskah kontemporer yang secara eksplisit mencatat tempat, waktu, dan penyebab kematian Gajah Mada.
  • Berbagai Teori yang Berkembang:
    1. Meninggal karena Sakit atau Usia Tua: Teori yang paling masuk akal. Gajah Mada diperkirakan telah lama mengabdi, sehingga wajar jika ia wafat karena usia lanjut atau penyakit di masa tuanya.
    2. Diberhentikan atau Diasingkan: Ada dugaan bahwa terjadi perselisihan dengan Raja Hayam Wuruk, yang menyebabkan Gajah Mada dicopot dari jabatannya atau memilih mengundurkan diri. Namun, teori ini kurang didukung bukti kuat.
    3. Teori Lain (Kecelakaan atau Dibunuh): Beberapa cerita rakyat dan interpretasi modern menyebutkan kemungkinan lain, seperti tewas dalam pertempuran rahasia atau menjadi korban konspirasi politik. Namun, ini lebih bersifat spekulatif.

Apa pun penyebabnya, yang pasti, kematian Gajah Mada meninggalkan kekosongan (vacuum of power) yang sangat besar. Tidak ada lagi sosok pemersatu dan pemimpin militer yang setara untuk menggantikannya.

Rantai Keruntuhan: Faktor-Faktor Penyebab Akhir Majapahit

Kematian Gajah Mada bukan satu-satunya penyebab runtuhnya Majapahit, tetapi menjadi pemicu rangkaian peristiwa yang mempercepat keruntuhan. Berikut adalah faktor-faktor utamanya:

  1. Krisis Kepemimpinan Pasca Gajah Mada: Tidak adanya sosok pemimpin yang kuat dan berpengaruh seperti Gajah Mada membuat stabilitas pemerintahan goyah. Penerusnya tidak mampu mengendalikan wilayah yang begitu luas dengan efektif.
  2. Konflik Perebutan Takhta (Perang Paregreg): Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada 1389 M, Majapahit dilanda perang saudara berkepanjangan antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabhumi. Perang ini, yang dikenal sebagai Perang Paregreg (1404-1406 M), menghabiskan sumber daya, melemahkan militer, dan memecah belah persatuan internal kerajaan.
  3. Kemunculan dan Penyebaran Islam: Pada abad ke-15, kekuatan perdagangan Islam mulai berkembang pesat di pesisir utara Jawa, seperti di Demak, Gresik, dan Tuban. Kota-kota pelabuhan ini menjadi pusat ekonomi dan politik baru yang mandiri, lepas dari pengaruh Majapahit yang berpusat di pedalaman dan beragama Hindu-Buddha.
  4. Desentralisasi dan Pemberontakan Wilayah Bawahan: Sistem pemerintahan Majapahit yang memberikan otonomi luas kepada daerah bawahan (mancanegara) menjadi bumerang. Saat pusat kerajaan melemah, banyak wilayah yang memerdekakan diri dan beraliansi dengan kekuatan baru, seperti Kesultanan Demak.
  5. Perubahan Rute Perdagangan Internasional: Pergeseran rute perdagangan rempah-rempah dan melemahnya pelabuhan utama Majapahit, seperti di Canggu dan Surabaya, mengurangi pendapatan ekonomi kerajaan secara signifikan.

Titik Nadir: Runtuhnya Ibu Kota

Pada tahun 1527 M, pasukan Kesultanan Demak di bawah pimpinan Raden Patah (dengan dukungan Sunan Kalijaga dan Wali Songo lainnya) menyerang dan berhasil menaklukkan ibu kota Majapahit. Peristiwa ini menandai akhir Majapahit secara resmi sebagai entitas politik. Keluarga kerajaan dan sisa-sisa pengikutnya yang masih setia melarikan diri ke arah timur, diduga ke daerah Panarukan atau Bali, yang hingga kini masih menjaga warisan budaya Hindu-Majapahit.

Kesimpulan

Kematian Gajah Mada adalah sebuah titik balik dramatis yang membuka gerbang menuju kemunduran Majapahit. Ia adalah poros yang menahan segala tekanan, dan ketika poros itu hilang, struktur besar itu mulai retak. Keruntuhan Majapahit bukan disebabkan oleh satu peristiwa tunggal, melainkan oleh gabungan faktor internal (konflik suksesi, krisis kepemimpinan) dan eksternal (kebangkitan Islam, perubahan ekonomi). Misteri di balik kematian Gajah Mada sendiri tetap menjadi bagian dari pesona dan warisan sejarah Indonesia yang terus mengundang rasa penasaran dan kajian mendalam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *