Suasana kamar mandi yang gelap, lilin yang menyala, dan pengulangan nama “Bloody Mary” berulang kali di depan cermin. Ritual seram ini telah menjadi bagian dari budaya populer dan cerita hantu di seluruh dunia, terutama di kalangan remaja. Namun, tahukah Anda bahwa di balik legenda urban yang mendebarkan ini, tersembunyi jejak sejarah nyata yang berasal dari abad ke-16? Mari kita telusuri asal-usul dan fakta sejarah di balik mitos Bloody Mary yang legendaris.

Siapa Sebenarnya Bloody Mary?
Nama “Bloody Mary” dalam konteks sejarah merujuk secara langsung kepada Ratu Mary I dari Inggris. Mary adalah putri tertua dari Raja Henry VIII dan Ratu Catherine dari Aragon. Ia memerintah Inggris dan Irlandia dari tahun 1553 hingga kematiannya pada tahun 1558.
Julukan “Bloody” atau “Berdarah” melekat padanya bukan tanpa alasan. Selama masa pemerintahannya yang singkat, Mary berusaha mengembalikan Katolik Roma sebagai agama utama di Inggris, yang telah digoyang oleh Reformasi Protestan yang dipelopori ayahnya. Untuk mencapai tujuan ini, dia menganiaya para pemimpin dan penganut Protestan.
Diperkirakan sekitar 280 lebih kaum Protestan dibakar di tiang pancang karena dianggap bidah. Tindakan kejam inilah yang membuatnya dikenang dengan julukan “Bloody Mary” dalam catatan sejarah, sebuah warisan kelam yang kemudian menyatu dengan dunia paranormal.
Dari Ratu Berdarah Menjadi Hantu di Cermin
Lalu, bagaimana sosok ratu sejarah ini berubah menjadi hantu yang dipanggil melalui ritual cermin? Proses transformasi ini adalah perpaduan menarik antara fakta sejarah, takhayul kuno, dan psikologi modern.
- Koneksi dengan Masa Lalu yang Kelam: Reputasi Mary I yang kejam dan penuh darah menjadi bahan subur untuk lahirnya legenda. Nama “Bloody” secara alami menciptakan kesan menyeramkan. Penderitaan yang dia timbulkan seolah-olah meninggalkan “jejak” energi negatif yang diyakini dapat diakses melalui ritual tertentu.
- Takhayul tentang Cermin yang Sudah Ada Lama: Kepercayaan bahwa cermin adalah pintu ke dunia lain atau dapat memerangkap jiwa seseorang telah ada sejak berabad-abad. Dalam banyak budaya, cermin ditutupi setelah kematian untuk mencegah arwah orang yang meninggal terperangkap atau kembali. Ritual memanggil Bloody Mary memanfaatkan takhayul kuno ini secara maksimal.
- Pengalaman Psikologis: Saat seseorang melakukan ritual di ruangan gelap dengan pencahayaan minimal (hanya lilin), mata mereka akan kesulitan beradaptasi. Ketika menatap cermin dalam waktu lama, wajah mereka sendiri bisa mulai terdistorsi dan berubah karena efek yang disebut face distortion effect. Otak, yang kekurangan stimulus visual yang jelas, mulai “mengisi kekosongan” dan dapat menciptakan halusinasi, membuat kita seolah-olah melihat wajah asing yang menyeramkan.
Varian Ritual dan Interpretasi Penampakannya
Ritual memanggil Bloody Mary memiliki banyak versi, tetapi intinya sama: berani menghadapi yang tak dikenal.
- Lokasi: Biasanya dilakukan di kamar mandi (tempat yang dianggap memiliki energi tersendiri) atau ruangan gelap dengan cermin.
- Sarana: Seringkali melibatkan lilin, atau dilakukan dalam kegelapan total.
- Mantra: Pengucapan nama “Bloody Mary” berulang kali, biasanya tiga atau tiga belas kali. Beberapa versi menyebutkan mantra lain seperti “I believe in Bloody Mary”.
Penampakannya juga digambarkan bervariasi. Mulai dari wanita berwajah pucat dengan mata yang menusuk, wanita dengan gaun era Tudor berlumuran darah, hingga sosok yang langsung menyerang pemanggilnya.
Fakta vs. Mitos: Kesimpulan
Ketika kita membedah legenda Bloody Mary, kita menemukan dua lapisan kebenaran:
- Fakta Historis: Bloody Mary adalah julukan untuk Ratu Mary I of England, seorang penguasa yang kebijakan religiusnya menyebabkan kematian banyak orang dan membuatnya dikenang sebagai figur yang kejam. Ini adalah fakta sejarah yang tidak terbantahkan.
- Mitos dan Legenda: Ritual pemanggilan arwahnya melalui cermin adalah mitos modern yang dibangun di atas fondasi sejarah tersebut. Mitos ini diperkuat oleh takhayul kuno tentang cermin dan dapat dijelaskan sebagian oleh fenomena psikologis.
Jadi, Bloody Mary lebih dari sekadar hantu. Dia adalah personifikasi dari ketakutan kita akan sejarah yang kelam dan misteri yang belum terpecahkan. Legenda ini bertahan karena berhasil menyatukan elemen sejarah yang nyata dengan ketakutan universal manusia akan kegelapan dan yang tak diketahui.
Lain kali Anda mendengar cerita tentang Bloody Mary, ingatlah bahwa Anda sedang menyentuh ujung dari sebuah narasi panjang yang menghubungkan drama kekuasaan abad ke-16 dengan imajinasi dan psikologi manusia modern. Dia mungkin tidak akan muncul di cermin kamar mandi Anda, tetapi warisan sejarahnya yang “berdarah” akan terus hidup dalam setiap bisikan namanya.