Perang Korea (1950-1953) bukan hanya konflik bersenjata antara Korea Utara-Selatan yang didukung blok Timur dan Barat. Di balik pertempuran sengit, tersebar sebuah tuduhan yang hingga hari ini masih menjadi bahan perdebatan sejarah: Amerika Serikat dituduh melakukan perang biologis dengan sengaja menyebarkan wabah penyakit di wilayah Korea Utara dan Tiongkok.

Tuduhan ini bukan sekadar isu pinggiran. Ia disuarakan oleh pemerintah Korea Utara, Tiongkok, dan bahkan didukung oleh “pengakuan” tawanan perang AS. Namun, pihak AS dengan tegas membantahnya, menyebutnya sebagai propaganda musuh di tengah suasana Perang Dingin yang memanas. Lantas, di manakah kebenaran sebenarnya? Artikel ini akan mengupas tuntas konspirasi senjata biologis dalam Perang Korea, menganalisis bukti dari kedua belah pihak, dan melihatnya melalui lensa sejarah modern.
Akar Tuduhan: Apa yang Sebenarnya Diklaim?
Pada awal 1952, Korea Utara dan Republik Rakyat Tiongkok meluncurkan kampanye propaganda besar-besaran. Mereka menuduh militer AS telah menjatuhkan serangga, tikus, dan benda-benda yang terkontaminasi penyakit melalui bom dan pesawat. Penyakit yang disebut-sebut antara lain wabah pes, antraks, kolera, dan tifus.
Beberapa “bukti” yang diajukan saat itu meliputi:
- Foto dan Film: Pihak Tiongkok dan Korea Utara mempublikasikan foto serta film yang menunjukkan serangga dan tikus di dalam bom yang diduga buatan AS.
- Pengakuan Tawanan Perang: Beberapa pilot AS yang ditembak jatuh, seperti Letnan Kenneth Enoch dan John Quinn, membuat “pengakuan” di depan kamera bahwa mereka terlibat dalam misi penyebaran senjata biologis. Pengakuan ini kemudian mereka cabut setelah kembali ke AS, dengan menyatakan bahwa pengakuan tersebut diperoleh melalui penyiksaan dan cuci otak.
- Laporan Saksi Mata: Dokter dan penduduk setempat melaporkan wabah penyakit yang tidak biasa muncul di daerah yang baru saja dibom.
Sanggahan Keras dari Pihak Amerika Serikat
Pemerintah AS membantah tuduhan tersebut dengan sangat serius. Mereka menyatakan bahwa tidak ada program senjata biologis ofensif selama Perang Korea. Sanggahan mereka berpusat pada beberapa poin kunci:
- Tidak Ada Bukti Fisik yang Dapat Diverifikasi: AS menantang pihak lawan untuk menyerahkan sampel “senjata biologis” tersebut kepada organisasi netral seperti Palang Merah Internasional atau PBB untuk diperiksa. Penawaran ini tidak pernah ditindaklanjuti dengan serius oleh pihak Korea Utara dan Tiongkok.
- Konteks Perang Dingin: Tuduhan ini dilihat sebagai alat propaganda yang ampuh untuk memojokkan AS di mata internasional, terutama di negara-negara Dunia Ketiga yang baru merdeka. Tujuannya adalah untuk menggambarkan AS sebagai kekuatan imperialis yang kejam.
- Metode “Cuci Otak”: Pengakuan dari tawanan perang dianggap tidak sah karena diperoleh di bawah tekanan psikologis dan fisik yang ekstrem. AS mengklaim bahwa Korea Utara dan Tiongkok ahli dalam teknik “cuci otak” untuk menciptakan propaganda.
- Wabah Alamiah: AS berargumen bahwa wabah penyakit seperti pes dan tifus memang endemik (sudah ada) di daerah pedesaan Korea dan Tiongkok pada saat itu. Kekacauan akibat perang, kerusakan infrastruktur sanitasi, dan pergerakan massa tentara serta pengungsi merupakan faktor yang jauh lebih logis untuk menjelaskan merebaknya penyakit.
Analisis Historis Modern: Mengapa Konspirasi Ini Terus Hidup?
Puluhan tahun setelah perang usai, sejarawan dan jurnalis terus meneliti kasus ini. Mayoritas sejarawan arus utama menyimpulkan bahwa tuduhan tersebut kemungkinan besar adalah propaganda. Namun, beberapa faktor membuat narasi ini tetap bertahan:
- Deklasifikasi Dokumen: Beberapa dokumen yang dideklasifikasi bertahun-tahun kemudian mengungkap bahwa AS memang memiliki program penelitian senjata biologis rahasia (seperti Operation Whitecoat) pada masa Perang Dingin. Meskipun tidak ada bukti langsung yang menghubungkannya dengan Perang Korea, keberadaan program ini memberi “bahan bakar” bagi teori konspirasi.
- Ketertutupan Korea Utara: Ketidakmampuan peneliti independen untuk mengakses arsip atau lokasi kejadian di Korea Utara menciptakan ruang hampa informasi yang mudah diisi dengan narasi apa pun.
- Kecurigaan terhadap Kekuatan Barat: Bagi banyak pihak, terutama yang bersimpati pada blok Timur, tindakan AS dalam konflik-konflik lain menciptakan preseden yang membuat tuduhan ini terdengar masuk akal.
Kesimpulan: Jejak yang Kabur di Medan Perang Sejarah
Tuduhan penggunaan senjata biologis oleh AS dalam Perang Korea tetap menjadi salah satu misteri Perang Dingin yang paling gelap. Bukti yang diajukan oleh pihak yang menuduh lemah, tidak dapat diverifikasi, dan sarat dengan muatan politik. Di sisi lain, penolakan AS, meskipun didukung oleh analisis logis dan konteks sejarah, tidak sepenuhnya menghapus keraguan karena selubung kerahasiaan program senjata biologisnya sendiri.
Pada akhirnya, konspirasi ini adalah cerminan sempurna dari era Perang Dingin: sebuah dunia di mana kebenaran menjadi korban pertama perang, dan informasi adalah senjata yang tidak kalah mematikan dari bom atau bakteri. Hingga bukti baru yang benar-benar meyakinkan muncul, kasus ini lebih tepat dikategorikan sebagai propaganda perang yang sangat efektif daripada sebuah fakta sejarah yang terbukti. Namun, ia mengajarkan pelajaran berharga tentang bagaimana perang tidak hanya terjadi di medan tempur, tetapi juga di benak dan opini publik global.