Pergolakan politik tahun 1965 merupakan luka terdalam dalam sejarah modern Indonesia. Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) yang diikuti oleh pergantian kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Soeharto, tidak pernah lepas dari bayang-bayang teori konspirasi skala internasional. Salah satu narasi yang paling kuat dan terus diperdebatkan oleh sejarawan adalah keterlibatan Central Intelligence Agency (CIA) Amerika Serikat dalam upaya menggulingkan Soekarno. Artikel ini akan membedah dengan detail kompleksitas peristiwa tersebut, peran Soekarno, motif CIA, dan bagaimana semuanya terjalin dalam tragedi 1965.

Latar Belakang: Soekarno, Nasakom, dan Perang Dingin
Untuk memahami mengapa AS begitu berkepentingan dengan Indonesia, kita harus melihat konteks Perang Dingin. Soekarno, sang Proklamator, adalah pemimpin yang karismatik dan non-blok. Namun, kebijakan Nasakom-nya (Nasionalis, Agama, Komunis) yang mengakomodir Partai Komunis Indonesia (PKI) — partai komunis terbesar di luar blok Soviet dan Tiongkok — membuat Washington cemas.
Indonesia dengan sumber daya alam yang melimpah (karet, timah, dan minyak) dan lokasi strategis secara geopolitis, tidak boleh jatuh ke dalam pengaruh komunisme. Soekarno sendiri sering bersikap konfrontatif terhadap Barat. Ia membentuk poros Jakarta-Peking-Pyongyang, menentang pembentukan Malaysia, dan bahkan keluar dari PBB pada 1964. Bagi AS di bawah pemerintahan Kennedy dan kemudian Johnson, Soekarno dianggap sebagai “pembuat onar” yang berbahaya dan harus dinetralisir.
Motif CIA: Mengapa Menjegal Soekarno?
Motif CIA untuk campur tangan dalam urusan dalam negeri Indonesia didorong oleh beberapa faktor:
- Doktrin Domino: Keyakinan bahwa jika satu negara di Asia Tenggara jatuh ke komunisme, negara-negara tetangganya akan menyusul. Indonesia dianggap sebagai domino terbesar dan terpenting.
- Kepentingan Ekonomi: AS ingin melindungi investasi perusahaan-perusahaan raksasanya (seperti Freeport) dan memastikan akses ke sumber daya alam Indonesia.
- Stabilitas Regional: Soekarno yang mendukung pemberontakan dan konfrontasi dianggap mengancam stabilitas kawasan yang pro-Barat.
- Dukungan Soekarno kepada PKI: Pertumbuhan pesat PKI di bawah perlindungan Soekarno adalah mimpi buruk terbesar bagi Washington.
Dokumen-dokumen rahasia CIA yang baru dideklasifikasi belakangan ini mengungkapkan bahwa AS memang memiliki keinginan kuat untuk menjatuhkan Soekarno. Sebuah kabel dari Kedutaan Besar AS di Jakarta pada 1964 menyatakan, “…kita harus menjatuhkan Soekarno…”
Operasi CIA di Indonesia: Dari Propaganda hingga Dukungan Militer
CIA tidak hanya duduk diam. Mereka menjalankan berbagai operasi terselubung (covert operations) untuk melemahkan pemerintahan Soekarno:
- Operasi Propaganda: CIA mendanai dan mendukung partai politik dan media massa anti-komunis untuk menciptakan opini publik yang menentang Soekarno dan PKI. Mereka menyebarkan narasi bahwa PKI sedang merencanakan kudeta.
- Dukungan kepada Militer: CIA membangun jalur komunikasi rahasia dengan perwira-perwira Angkatan Darat Indonesia yang anti-komunis, terutama yang dekat dengan Mayor Jenderal Soeharto. Bantuan dana dan pelatihan intelijen diberikan kepada faksi militer ini.
- Daftar Target Pembunuhan: Yang paling kontroversial, dokumen CIA menunjukkan adanya rencana untuk membunuh para petinggi PKI dan bahkan Soekarno (dengan kode operasi “Operasi Hantu”), meskipun rencana pembunuhan ini tidak pernah terealisasi.
Puncak Krisis: Peristiwa G30S dan Peran Aktor Domestik
Teori konspirasi tidak berarti mengabaikan peran aktor domestik. G30S sendiri adalah gerakan yang dilakukan oleh sekelompok perwira militer yang diduga dekat dengan PKI, dipimpin Letnan Kolonel Untung. Mereka menculik dan membunuh enam Jenderal Angkatan Darat.
Namun, kejanggalan dalam peristiwa ini memunculkan banyak pertanyaan:
- Ketidakefisienan Gerakan: Gerakan ini dilakukan dengan sangat ceroboh dan tidak terencana matang, tidak seperti operasi yang dilakukan oleh partai sebesar PKI.
- Peran Soeharto: Mayor Jenderal Soeharto, yang tidak menjadi target, dengan cepat mengambil kendali dan memimpin operasi pemulihan keamanan. Kecepatan dan kesiapan pasukannya (Kostrad) menimbulkan tanda tanya.
- Propaganda Massif: Versi peristiwa yang menyalahkan PKI sepenuhnya langsung disebarluaskan secara massif oleh Angkatan Darat, didukung oleh media-media yang telah didanai AS.
Banyak sejarawan berargumen bahwa G30S bukanlah kudeta PKI yang terencana, melainkan gerakan pre-emptive oleh faksi militer tertentu yang takut akan kudeta dari Dewan Jenderal yang didukung CIA. Yang lain melihatnya sebagai jebakan (set-up) yang dimanfaatkan dengan sempurna oleh Soeharto dan didukung oleh Intelijen AS untuk menyingkirkan baik PKI maupun Soekarno sekaligus.
Dampak: Jatuhnya Soekarno dan Kebangkitan Orde Baru
Dampak dari G30S justru dimanfaatkan secara brilian oleh Soeharto dan sekutunya. Apa yang terjadi setelahnya adalah:
- Pembersihan PKI: Angkatan Darat, dengan dukungan penuh dari elemen masyarakat, melakukan pembunuhan massal terhadap siapa pun yang dituduh komunis. Ratusan ribu hingga mungkin juta-an orang tewas.
- Pelemahan Soekarno: Kekuasaan Soekarno secara sistematis dikikis. Supersemar 1966 menjadi paku terakhir pada peti mati kekuasaannya.
- Naiknya Soeharto: Soeharto mengambil alih kekuasaan dan memulai era Orde Baru yang berlangsung selama 32 tahun.
- Peralihan Kebijakan Luar Negeri: Indonesia beralih dari poros Beijing-Moskow menjadi sekutu dekat Washington dan Blok Barat. Investasi asing pun mengalir deras.
CIA mencapai tujuannya: Indonesia aman dari komunisme dan terbuka untuk kepentingan Barat. Soekarno, sang singa podium, jatuh dan menghabiskan sisa hidupnya dalam tahanan rumah hingga wafat pada 1970.
Kesimpulan: Konspirasi atau Realitas Geopolitik?
Jadi, apakah G30S 1965 murni konspirasi CIA? Jawabannya tidak sesederhana itu. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa CIA tidak menciptakan atau secara langsung memerintahkan G30S. Gerakan itu adalah produk dari ketegangan politik domestik Indonesia.
Namun, adalah naif untuk mengabaikan peran AS. CIA menciptakan “iklim yang subur” untuk jatuhnya Soekarno. Melalui propaganda, pendanaan, dan dukungan intelijen kepada faksi militer anti-Soekarno, mereka memastikan bahwa ketika krisis domestik terjadi (G30S), ada kekuatan yang siap dan mampu memanfaatkannya untuk menggulingkan Soekarno dan menghancurkan PKI, yang sejalan dengan kepentingan geopolitik Amerika Serikat.
Dengan kata lain, Soekarno mungkin tidak dijatuhkan langsung oleh tangan CIA, tetapi ia adalah korban dari permainan besar Perang Dingin dimana Indonesia hanyalah bidak di papan catur. Konspirasi Soekarno, CIA, dan G30S 1965 adalah kisah tragis tentang bagaimana kepentingan global dapat memanipulasi dan menghancurkan takdir sebuah bangsa.