Kematian Ken Arok Misteri Kutukan Mpu Gandring

Pendiri Kerajaan Singhasari, Ken Arok, adalah figura yang lahir dari mitos, dibesarkan oleh ambisi, dan diakhiri oleh sebuah kutukan. Kisah hidupnya yang dramatis, penuh intrik, perselingkuhan, dan pembunuhan, lebih mirip epik tragedi daripada catatan sejarah belaka. Namun, dari semua misteri yang menyelimutinya, kematian Ken Arok merupakan puncak dari sebuah lingkaran dendam yang berawal dari sebuah kutukan—kutukan Mpu Gandring yang legendaris.

Ken Arok

Artikel ini akan mengupas tuntas rangkaian peristiwa yang mengantarkan pada akhir hayat sang raja, menganalisisnya dari sudut pandang sejarah dan mitologi, serta mengungkap warisan apa yang ditinggalkan oleh tragedi tersebut.

Latar Belakang: Ambisi, Keris, dan Sebuah Kutukan

Untuk memahami kematian Ken Arok, kita harus kembali ke awal mula segalanya. Ken Arok, yang berasal dari kalangan rakyat jelata, berambisi besar untuk menguasai Jawa. Ambisinya terpicu setelah ia melihat sinar “cahaya” yang memancar dari tubuh Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, Akuwu (Bupati) Tumapel. Menurut ramalan, wanita yang memancarkan cahaya tersebut adalah lambang seorang yang akan menurunkan raja-raja di tanah Jawa.

Untuk merekena posisi Tunggul Ametung dan memperistri Ken Dedes, Ken Arok memerlukan senjata ampuh. Ia pun memesan sebilah keris sakti kepada seorang empu terkenal, Mpu Gandring. Mpu Gandring meminta waktu setahun untuk menyempurnakan keris itu. Namun, Ken Arok yang tidak sabar, kembali setelah hanya lima bulan dan menemukan kerisnya belum selesai.

Dalam amarahnya, Ken Arok menusukkan keris buatan Mpu Gandring itu ke tubuh sang empu. Sekarat, Mpu Gandring mengucapkan kutukan yang terkenal: “Keris ini akan membunuh tujuh turunan, termasuk kamu!”

Ken Arok mengabaikan kutukan itu. Ia menggunakan keris Mpu Gandring yang telah selesai olehnya untuk membunuh Tunggul Ametung. Ia kemudian menjadi penguasa Tumapel, menikahi Ken Dedes, dan akhirnya mendirikan Kerajaan Singhasari setelah mengalahkan Kerajaan Kediri.

Lingkaran Dendam dan Penggenapan Kutukan

Ken Arok dan Ken Dedes memiliki putra, bernama Mahisa Wong Ateleng (Anusapati). Namun, Ken Dedes juga membawa seorang putra dari hasil perkawinannya dengan Tunggul Ametung, yang juga diberi nama Anusapati.

Anusapati, anak tiri Ken Arok ini, suatu hari mengetahui rahasia kematian ayah kandungnya, Tunggul Ametung. Ibunya, Ken Dedes, konon memberitahunya bahwa pembunuhnya adalah Ken Arok dengan menggunakan keris Mpu Gandring.

Dendam membara dalam hati Anusapati. Ia berpura-pura dekat dengan Ken Arok dan suatu hari meminta izin untuk menyaksikan keris pusaka legendaris tersebut. Saat Ken Arok lengah, Anusapati menggunakan keris Mpu Gandring itu untuk menusuk dan membunuh Ken Arok.

Kutukan Mpu Gandring pun tergenapi untuk pertama kalinya: keris itu membunuh Ken Arok, orang yang menyebabkan kematiannya. Kematian Ken Arok bukanlah akhir. Kutukan itu terus berlanjut membayangi Dinasti Rajasa (Singhasari). Anusapati dibunuh oleh Panji Tohjaya (putra Ken Arok dari selir), Tohjaya dibunuh oleh pendukung Ranggawuni (cucu Ken Arok), dan seterusnya, seolah menggenapi ramalan “tujuh turunan” dari Mpu Gandring.

Analisis Kematian Ken Arok: Sejarah vs. Mitologi

Kisah dramatis ini terutama bersumber dari kitab Pararaton (Kitab Raja-Raja). Penting untuk membedakan antara fakta sejarah dan mitologi.

  1. Pararaton (Mitologi & Sastra): Kitab ini menceritakan versi yang sangat dramatis dan dipenuhi unsur supernatural. Kutukan Mpu Gandring adalah alat sastra yang brilliant untuk menjelaskan runtuhnya sebuah dinasti akibat dosa dan dendam di masa lalu. Ini adalah pelajaran moral tentang karma dan akibat dari keserakahan serta ketidaksabaran.
  2. Nagarakretagama (Sejarah yang Lebih Sakral): Kitab yang ditulis pada zaman Majapahit ini menyebut Ken Arok sebagai pendiri kerajaan yang disucikan (cikal bakal raja-raja Majapahit). Nagarakretagama sama sekali tidak menyinggung kisah pembunuhan, kutukan, atau kematian Ken Arok yang tragis. Ia digambarkan wafat secara damai dan didharmakan di dua tempat, Kagenengan (sebagai Syiwa) dan Bukit Ampar (sebagai Buddha).

Para sejarawan modern cenderung melihat kematian Ken Arok sebagai hasil dari konflik politik internal yang kejam. Kemungkinan besar, Anusapati (sebagai putra tertua dari garis Tunggul Ametung) melakukan kudeta untuk merekena tahta yang ia anggap sebagai hak ayah kandungnya. Kisah kutukan adalah cara masyarakat pada masa itu untuk merekam dan memahami peralihan kekuasaan yang berdarah-darah tersebut.

Warisan dan Pelajaran dari Kematian Ken Arok

Kematian Ken Arok meninggalkan warisan yang abadi dalam budaya dan sejarah Jawa:

  1. Keris Mpu Gandring: Menjadi salah satu keris paling termasyhur dalam legenda Jawa, simbol dari betapa sebuah ambisi buta dapat berbalik menghancurkan pemiliknya.
  2. Tragedi Keluarga: Kisah ini menjadi contoh klasik tentang bagaimana dendam yang dipelihara dapat menghancurkan sebuah keluarga dan dinasti dari dalam.
  3. Pelajaran Moral: Cerita Ken Arok dan kutukan Mpu Gandring mengajarkan tentang pentingnya kesabaran, tanggung jawab atas perbuatan, dan bahaya dari ambisi yang tidak terkendali.
  4. Awal Kekuatan Besar Jawa: Meski berakhir tragis, Ken Arok meletakkan fondasi bagi Kerajaan Singhasari yang kemudian diteruskan oleh Kerajaan Majapahit, kerajaan terbesar dalam sejarah Nusantara.

Kesimpulan

Kematian Ken Arok adalah sebuah mosaik yang indah dan mengerikan, menyatukan kepingan mitos, kutukan, politik kotor, dan dendam turun-temurun. Meski versi sejarah resmi (Nagarakretagama) menutupinya dengan lapisan kesakralan, versi rakyat (Pararaton) justru mengabadikannya sebagai peringatan abadi.

Apakah ia benar-benar tewas oleh kutukan sebuah keris, ataukah ia menjadi korban dari intrik kekuasaan yang ia ciptakan sendiri? Jawabannya mungkin terletak di antara kedua kutub tersebut. Yang pasti, kisah Kematian Ken Arok dan kutukan Mpu Gandring telah mengukir dirinya jauh lebih dalam di memori kolektif bangsa Indonesia daripada sekadar catatan sejarah, menjadi sebuah legenda tentang asal-usul dan kehancuran yang terus dikenang hingga hari ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *