Kematian Qin Shi Huang (259-210 SM), sang Kaisar Pertama yang mempersatukan China dan meletakkan dasar Tembok Besar, hingga hari ini masih diselimuti kabut misteri tebal. Sang penguasa yang obsesinya pada keabadian legendaris itu justru meninggal dunia secara tiba-tiba di usia 49 tahun dalam sebuah perjalanan inspeksi. Apakah kematiannya adalah sebuah konspirasi pembunuhan yang rapi, ataukah justru buah dari pencariannya sendiri terhadap eliksir kehidupan abadi yang berujung petaka? Artikel ini akan menyelami bukti-bukti sejarah untuk mengungkap teka-teki kematiannya yang paling memikat.

Sang Kaisar yang Takut pada Kematian
Untuk memahami kematian Qin Shi Huang, kita harus memahami kehidupannya, khususnya ketakutannya yang mendalam pada kematian. Setelah mempersatukan enam negara yang berperang dan mendeklarasikan diri sebagai Kaisar Pertama China pada 221 SM, ambisinya tak terbendung. Ia menstandardisasi tulisan, mata uang, ukuran, dan membangun infrastruktur raksasa termasuk jaringan jalan dan proyek awal Tembok Besar.
Namun, seiring bertambahnya usia, pencapaiannya justru memicu paranoia akut. Qin Shi Huang menjadi sangat takut mati. Ia dikelilingi oleh para alkemis dan dukun (方士, fangshi) dari seluruh penjuru kekaisaran, yang ditugaskan untuk mencari atau menciptakan ramuan keabadian.
Catatan sejarah kuno, terutama Catatan Sejarah Agung (史记, Shiji) karya Sima Qian, menyebutkan bahwa sang kaisar mengirim ekspedisi kapal besar dengan ratusan pemuda dan gadis (termasuk legenda Xu Fu) untuk mencari Pulau Penglai, rumah para dewa abadi di timur laut. Ekspedisi ini tidak pernah kembali, dan beberapa sejarawan menduga mereka mungkin yang pertama kali menjangkau Jepang.
Obsesi inilah yang menjadi kunci utama untuk membongkar misteri kematiannya.
Kronologi Kematian yang Mencurigakan
Qin Shi Huang meninggal pada tahun 210 SM di Istana Pingyuan (di provinsi Hebei modern). Sima Qian mencatat kronologi peristiwa dengan detail yang mencurigakan.
- Perjalanan Inspeksi: Sang kaisar melakukan perjalanan ke timur untuk melakukan inspeksi dan mungkin juga untuk mencari pertanda-pertanda baik dari para dewa.
- Gejala Aneh: Dalam perjalanan, ia mulai menderita sakit. Gejalanya dilaporkan termasuk batuk parah, suara serak, dan mungkin pendarahan dari telinga atau hidung – gejala yang konsisten dengan keracunan merkuri.
- Kematian Tiba-tiba: Keadaannya memburuk dengan cepat. Ia menyadari ajalnya mendekat dan konon menulis surat untuk putra sulungnya, Fusu, yang sedang bertugas di perbatasan. Surat itu memerintahkan Fusu untuk kembali ke ibu kota Xianyang untuk memimpin pemakamannya—sebuah kode bahwa Fusu-lah yang akan mewarisi tahta.
- Konspirasi Dimulai: Surat itu jatuh ke tangan kepala kasim istana, Zhao Gao, dan perdana menteri, Li Si. Keduanya memiliki hubungan dekat dengan putra bungsu kaisar, Huhai. Mereka khawatir jika Fusu naik tahta, posisi mereka akan terancam. Mereka pun diduga memalsukan surat wasiat kaisar: satu yang memerintahkan Fusu dan jenderal setianya, Meng Tian, untuk bunuh diri (yang mereka lakukan), dan satu lagi menunjuk Huhai sebagai kaisar baru.
- Dirahasiakan: Yang paling mencolok, Zhao Gao dan Li Si menyembunyikan kematian kaisar selama berbulan-bulan selama perjalanan pulang yang panas ke ibu kota. Mereka membawa tubuhnya di dalam kereta yang ditutup rapat, ditemani oleh gerobak penuh ikan asin untuk menutupi bau busuk yang mulai tercium. Mereka berpura-pura sang kaisar masih hidup, bahkan memerintahkan makanan untuk dibawa ke dalam kereta dan seolah-olah menerima laporan dari para pejabat.
Kronologi ini jelas menunjukkan adanya konspirasi politik tingkat tinggi setelah kematiannya. Namun, pertanyaan besarnya adalah: apa yang benar-benar membunuh Qin Shi Huang?
Teori #1: Keracunan Merkuri (Ramuan Keabadian)
Ini adalah teori yang paling populer dan didukung oleh bukti ilmiah modern.
- Ramuan yang Mematikan: Para alkemis Tiongkok kuno sering menggunakan cinnabar (merkuri sulfida, HgS) sebagai bahan utama dalam ramuan mereka. Mereka percaya unsur-unsur seperti merkuri dan timah memiliki sifat “keabadian” karena daya tahannya. Qin Shi Huang diduga mengonsumsi pil-pil yang mengandung merkuri dosis tinggi secara rutin untuk mencapai kehidupan abadi.
- Bukti dari Makam: Pada tahun 1974, makamnya yang legendaris (dilindungi oleh Tentara Terracotta) ditemukan. Pengujian tanah di gundukan makam utama menunjukkan tingkat kontaminasi merkuri yang sangat tinggi, jauh melebihi kadar normal. Temuan ini secara kuat mendukung catatan sejarah bahwa di dalam makamnya, dilukiskan langit-langit dengan mutiara sebagai bintang dan lantainya adalah lautan merkuri yang mengalir, mewakili sungai-sungai di China.
- Gejala yang Cocok: Gejala yang dicatat Sima Qian—gelisah, gangguan saraf, gagal ginjal dan hati, serta pendarahan—sangat cocok dengan gejala keracunan merkuri kronis. Konsumsi bertahun-tahun akhirnya mencapai titik kritis dan membunuhnya.
Kesimpulan Teori: Sang Kaisar, tanpa disadari, meracuni dirinya sendiri secara perlahan dalam pencariannya akan keabadian.
Teori #2: Dibunuh oleh Konspirasi Politik
Meski teori merkuri kuat, beberapa sejarawan mempertanyakan waktu kematiannya yang sangat “tepat” bagi para konspirator.
- Motif yang Kuat: Zhao Gao dan Li Si memiliki segalanya untuk dihilangkan jika Fusu naik tahta. Kematian kaisar di saat yang tepat memberi mereka peluang untuk merebut kekuasaan.
- Keraguan pada Gejala: Apakah mungkin gejala keracunan merkuri yang ia alami sebenarnya adalah gejala dari racun yang diberikan secara sengaja oleh seseorang yang dekat dengannya? Mungkin saja Zhao Gao, yang mengawasi kebutuhan pribadi kaisar, menambahkan dosis mematikan ke dalam pil atau makanannya untuk mempercepat kematiannya, dengan menyamar sebagai penyakit biasa.
- Kematian yang Menguntungkan: Kematiannya sangat menguntungkan bagi faksi Huhai. Kesempatan untuk memalsukan surat wasiat hampir mustahil dilakukan jika kaisar meninggal di ibu kota dikelilingi oleh banyak pejabat. Kematiannya di lokasi terpencil selama perjalanan adalah scenario terbaik bagi para pengkhianat.
Kesimpulan Teori: Sang Kaisar mungkin sedang sekarat karena merkuri, tetapi kudeta mungkin dipercepat dengan campur tangan aktif (dibunuh) oleh orang-orang di sekitarnya.
Teori #3: Penyakit Alami
Teori ini kurang populer tetapi tetap mungkin. Pada usia 49 tahun di era kuno, kematian akibat penyakit seperti stroke, serangan jantung, atau kanker adalah hal yang wajar. Kehidupan yang penuh stres, paranoia, dan kerja keras bisa dengan mudah memperpendek umur seseorang. Perjalanan inspeksi yang melelahkan bisa menjadi pemicu terakhir bagi tubuhnya yang sudah lemah.
Namun, teori ini dianggap kurang “seksi” dibandingkan dengan dua teori sebelumnya dan kurang didukung oleh catatan gejala spesifik dalam Shiji.
Kesimpulan: Kombinasi yang Mematikan
Setelah menimbang semua bukti, teori yang paling masuk akal adalah kombinasi dari Teori #1 dan #2.
Qin Shi Huang kemungkinan besar telah menderita keracunan merkuri kronis selama bertahun-tahun akibat mengonsumsi pil keabadian. Tubuhnya sudah lemah, sistem organnya rusak, dan ia berada di ambang kematian.
Konspirator seperti Zhao Gao, yang selalu dekat dengan kaisar, menyadari betapa lemahnya kondisi kaisar. Mereka mungkin tidak perlu melakukan pembunuhan aktif, tetapi cukup menunggu waktu yang tepat atau mungkin mempercepat prosesnya dengan memberikan dosis tambahan yang mematikan saat kaisar paling lemah. Kematiannya di luar ibu kota kemudian memberi mereka kesempatan sempurna untuk menguasai narasi, menyembunyikan jenazah, dan memalsukan wasiat tanpa hambatan.
Dengan demikian, jawaban dari misteri berusia ribuan tahun ini mungkin adalah: Qin Shi Huang mati terutama karena ramuan keabadiannya sendiri, tetapi kematiannya dimanfaatkan—dan mungkin sedikit “dibantu”—oleh sebuah konspirasi pembunuhan yang mengubah jalannya sejarah Dinasti Qin. Tak lama setelah kematiannya, dinasti yang ia bangun dengan susah payah runtuh hanya dalam empat tahun, membuka jalan bagi kebangkitan Dinasti Han yang agung. Ironisnya, sang pencari keabadian justru mempercepat keruntuhan kekaisarannya sendiri melalui kematiannya yang misterius.