Dalam lembaran sejarah Rusia, sedikit nama yang semisterius dan sekontroversial Grigori Yefimovich Rasputin. Ia adalah figur paradoks: seorang petani Siberia buta huruf yang menjadi orang kepercayaan keluarga kerajaan Romanov, seorang pertapa spiritual yang dianggap suci sekaligus pencabul yang hedonis. Namun, di balik semua reputasinya, yang paling mengendap dalam ingatan kolektif adalah nubuat mengerikan yang ia tinggalkan—sebuah surat yang diyakini banyak orang meramalkan kematiannya sendiri dan, yang lebih penting, jatuhnya Dinasti Romanov dan Tsar Nikolai II.

Apakah surat itu nyata atau hanya bagian dari mitos konspirasi yang dibangun pasca-kematiannya? Artikel ini akan mengupas tuntas nubuat Rasputin, konteks sejarahnya, dan bagaimana kata-katanya seakan menjadi ramalan yang mengubah jalannya sejarah.
Siapa Sebenarnya Grigori Rasputin?
Sebelum menyelami nubuatnya, penting untuk memahami bagaimana Rasputin bisa memiliki pengaruh sedemikian besarnya. Lahir di desa Pokrovskoe, Siberia, sekitar tahun 1869, Rasputin mengklaim mengalami pencerahan religius setelah ziarah ke biara. Ia memproklamirkan diri sebagai starets (orang suci atau penasihat spiritual) dan memiliki karisma serta kemampuan persuasi yang luar biasa.
Ketenarannya meroket ketika ia berhasil meredakan pendarahan Alexei Nikolaevich, putra tunggal Tsar Nikolai II dan Tsarina Alexandra yang menderita hemofilia. Ketika dokter istana tidak berdaya, Rasputin—entah melalui doa, hipnosis, atau metode lain—sering kali berhasil menenangkan anak itu dan menghentikan pendarahannya. Sejak saat itu, ia menjadi figur yang不可或缺 (tidak tergantikan) di dalam istana, terutama di hati Tsarina Alexandra yang putus asa.
Isi Nubuat Rasputin yang Menggemparkan
Pada suatu malam di bulan Desember 1916, konon Rasputin menulis sebuah surat yang ditujukan kepada Tsar Nikolai II. Ia merasa ancaman kematiannya semakin dekat dan ingin meninggalkan pesan terakhir. Berikut adalah terjemahan inti dari nubuat terkenal tersebut:
*”Aku merasa bahwa aku akan meninggalkan kehidupan ini sebelum tanggal 1 Januari. Aku ingin memberi tahu Tsar Rusia, kepada Ibunda Rusia, kepada anak-anaknya, dan kepada Tanah Air Rusia, apa yang harus mereka pahami. Jika aku dibunuh oleh kaum bangsawan biasa, dan mereka yang merupakan kerabatmu, maka tidak ada satu pun dari keluargamu, tidak ada anak maupun kerabatmu yang akan tetap hidup selama lebih dari dua tahun. Mereka akan dibunuh oleh rakyat Rusia… Aku akan pergi, dan aku sudah merasakan dalam diriku bahwa takdirku sudah dekat. Berdoalah, Tsar, berdoalah.”*
Surat ini kemudian ditemukan dan menjadi bukti utama yang memperkuat legenda ramalannya.
Analisis Nubuat: Kebetulan atau Ramalan yang Akurat?
Nubuat Rasputin mengandung beberapa poin prediktif yang secara mengejutkan menjadi kenyataan:
- Kematiannya Sendiri: Rasputin benar-benar dibunuh pada dini hari tanggal 30 Desember 1916 (17 Desember menurut kalender Julian yang digunakan Rusia saat itu), hanya beberapa hari sebelum tanggal 1 Januari yang ia sebut.
- Pelaku Pembunuhan: Ia dibunuh oleh sekelompok bangsawan konservatif yang dipimpin Pangeran Felix Yusupov (yang menikahi keponakan Tsar), Grand Duke Dmitri Pavlovich (sepupu Tsar), dan politisi sayap kanan Vladimir Purishkevich. Ini sesuai dengan “kaum bangsawan biasa” dan “kerabatmu” yang ia sebut.
- Jatuhnya Romanov: Persis seperti yang “diramalkan”, seluruh keluarga Romanov—Tsar Nikolai II, Tsarina Alexandra, dan kelima anak mereka—dieksekusi oleh kaum Bolshevik di Yekaterinburg pada 17 Juli 1918, kurang dari dua tahun setelah kematian Rasputin.
Konspirasi di Balik Kematian dan Nubuatnya
Kematian Rasputin sendiri adalah sebuah cerita konspirasi yang penuh misteri. Ia diracun, ditembak, dipukul, dan akhirnya dilemarkan ke sungai Neva yang membeku. Fakta bahwa ia bertahan dari racun sianida dosis tinggi (menurut beberapa kesaksian) menambah aura kekuatan supernatural-nya.
Banyak sejarawan yang skeptis tentang keaslian nubuat tersebut. Beberapa teori konspirasi modern menyatakan bahwa:
- Surat itu Pemalsuan: Surat tersebut mungkin dibuat setelah Revolusi oleh pihak yang ingin mengukuhkan narasi “kutukan” dan “takdir” untuk menjatuhkan moral pendukung Tsar atau justru untuk memitoskan Rasputin.
- Peringatan yang Masuk Akal: Rasputin bukanlah orang bodoh. Ia sangat menyadari betapa banyak musuh yang ingin menyingkirkannya di kalangan bangsawan dan Duma (parlemen). Surat itu bisa jadi adalah peringatan politis yang dramatis, berdasarkan intelijen dan instingnya yang tajam, bukan ramalan supernatural.
- Propaganda: Kaum Bolshevik kemudian mungkin menggunakan surat ini sebagai propaganda untuk menunjukkan bahwa bahkan orang kepercayaan Tsar pun telah meramalkan kejatuhan mereka karena tirani dan keterhubungannya dengan “biarawan gila”.
Warisan Rasputin: Mitos dan Realitas Sejarah
Nubuat Rasputin tidak dapat dipisahkan dari narasi besar runtuhnya monarki Rusia. Figur Rasputin digunakan oleh musuh-musuh politik Tsarina untuk menyerang reputasi keluarga kerajaan, menyebarkan desas-desus tentang hubungan gelap dan praktik okultisme.
Kepercayaan buta Tsarina padanya melemahkan legitimasi kekuasaan Tsar di mata rakyat dan bangsawan, menciptakan krisis politik yang mempercepat revolusi. Dalam hal ini, “nubuat” Rasputin menjadi self-fulfilling prophecy. Kematiannya melemahkan keluarga kerajaan secara psikologis dan spiritual, dan menghilangkan satu-satunya penopang bagi kesehatan Alexei, membuat mereka semakin terisolasi dan rentan.
Kesimpulan: Antara Takdir dan Kebetulan Sejarah
Nubuat Rasputin tetap menjadi salah satu teks paling memesonakan dari abad ke-20. Apakah itu ramalan supernatural yang sejati, peringatan berdasarkan pengetahuan politik, atau hanya pemalsuan yang cerdik, kebenarannya mungkin tidak akan pernah kita ketahui secara pasti.
Yang pasti, nubuat itu berhasil membungkus tragedi jatuhnya Dinasti Romanov dalam selimut misteri, konspirasi, dan takdir. Ia berfungsi sebagai simbol literer yang sempurna untuk sebuah era yang berakhir dalam kekacauan dan darah. Kisah Rasputin mengingatkan kita bahwa dalam sejarah, persimpangan antara kepercayaan, kekuasaan, dan takdir dapat menciptakan narasi yang jauh lebih kuat daripada fakta itu sendiri—narasi yang terus bergaung dan memicu rasa ingin tahu kita hingga hari ini.