Misteri Kematian Rasputin: Dibunuh atau Kutukan?

Sosoknya tinggi dan jangkung, jenggotnya kusut, dan matanya yang menusuk seolah bisa melihat langsung ke dalam jiwa. Grigori Yefimovich Rasputin, sang “biarawan gila” dari Siberia, bukanlah seorang tsar, pangeran, atau jenderal. Namun, pengaruhnya terhadap Istana Kerajaan Rusia begitu besar hingga akhirnya membawanya pada kematian yang mengerikan dan penuh teka-teki pada suatu malam di bulan Desember 1916. Kematiannya bukanlah sekadar pembunuhan politik, melainkan sebuah drama yang penuh dengan racun, peluru, dan air es, meninggalkan pertanyaan abadi: bisakah seorang pria biasa tewas melalui siksaan sedemikian rupa, atau ada kekuatan gelap yang melindunginya?

rasputin

Siapa Sebenarnya Grigori Rasputin?

Untuk memahami mengapa kematiannya begitu misterius, kita harus memahami siapa Rasputin dan mengapa ia begitu dibenci sekaligus ditakuti. Lahir dari keluarga petani miskin di Siberia, Rasputin mengklaim memiliki pengalaman religius yang transformatif dan mengembara sebagai starets (orang suci atau penasehat spiritual). Ia tiba di Saint Petersburg pada tahun 1903, dan reputasinya sebagai penyembuh dan peramal segera menyebar.

Ketenarannya mencapai puncak ketika ia diperkenalkan ke keluarga Kaisar Nicholas II dan Permaisuri Alexandra. Putra tunggal mereka, Alexei, menderita hemofilia—penyakit di mana darah tidak dapat membeku dengan normal. Dalam beberapa kesempatan yang hampir merenggut nyawa Alexei, Rasputin berhasil menenangkan anak itu dan, secara misterius, menghentikan pendarahannya. Bagi Alexandra yang putus asa, Rasputin adalah utusan Tuhan, seorang penyelamat. Bagi para bangsawan dan politisi di istana, ia adalah petualang yang berbahaya, menggunakan pengaruh gelapnya atas Permaisuri untuk mengendalikan pemerintahan, terutama saat Nicholas II memimpin tentara di garis depan Perang Dunia I.

Konspirasi untuk Membunuh “Setan” itu

Kebencian terhadap Rasputin memuncak pada akhir 1916. Rusia sedang kalah dalam perang, kelaparan melanda, dan kemarahan rakyat terhadap keluarga kerajaan memanas. Banyak yang melihat Rasputin sebagai akar dari semua kejahatan ini. Sekelompok bangsawan, yang dipimpin oleh Pangeran Felix Yusupov (suami dari keponakan Tsar), Vladimir Purishkevich (seorang politisi konservatif), dan Adipati Agung Dmitri Pavlovich (sepupu Tsar), memutuskan untuk mengambil tindakan.

Mereka merencanakan pembunuhan yang rumit, percaya bahwa dengan menyingkirkan Rasputin, mereka dapat menyelamatkan Monarki dan Rusia. Rencana mereka dimulai dengan umpan: Yusupov, yang dikenal oleh Rasputin, mengundangnya ke istananya pada malam 29-30 Desember 1916 dengan alasan memperkenalkannya pada istri cantiknya, Irina.

Malam Horor di Istana Moika

Rasputin tiba di istana Yusupov pada tengah malam. Ia dibawa ke ruang bawah tanah yang nyaman yang telah dipersiapkan. Di sana, para konspirator menyuguhinya kue dan wine yang telah dicampur dengan potassium sianida dalam dosis yang mematikan.

Menurut kesaksian Yusupov, Rasputin memakan beberapa kue dan meminum banyak gelas wine yang beracun. Ajaibnya, tidak ada efek yang terjadi. Rasputin hanya terlihat sedikit gelisah. Terkejut dan panik, Yusupov meninggalkan ruangan untuk berkonsultasi dengan komplotannya. Ia kemudian kembali dengan revolver. Saat Rasputin membelakangi, Yusupov menembaknya dari jarak dekat. Peluru mengenai punggung dan menembus jantungnya. Rasputin roboh.

Yakin bahwa Rasputin sudah mati, para konspirator pergi. Namun, ketika Yusupov kembali ke ruangan itu beberapa saat kemudian, terjadi sesuatu yang membuatnya bergidik ngeri. Rasputin tiba-tiba bangkit, meraih Yusupov, dan dengan kekuatan yang luar biasa berusaha mencekiknya sambil berteriak, “Felix! Felix! Aku akan memberitahu Permaisuri!”

Kematian yang Tak Kunjung Usai

Yusupov berhasil melepaskan diri dan kabur. Rasputin, meski terluka parah, merangkak keluar dari ruangan dan menyeberangi halaman bersalju menuju gerbang istana. Di sana, Purishkevich, yang sedang menunggu, menembaknya dua kali. Satu peluru mengenai punggungnya, yang lainnya mengenai kepalanya. Rasputin kembali roboh.

Para konspirator kemudian memukulinya dengan brutal, mengikat tubuhnya dengan tali, membungkusnya dengan kain, dan melemparkannya ke Sungai Neva yang beku. Mayatnya ditemukan dua hari kemudian. Laporan otopsi—yang hilang selama bertahun-tahun—mengungkapkan fakta yang lebih mencengangkan: paru-paru Rasputin penuh dengan air. Ini membuktikan bahwa ia masih hidup dan secara sadar berusaha bernapas ketika dilempar ke sungai yang membeku. Ia akhirnya mati karena tenggelam, bukan karena racun atau tembakan.

Analisis: Sains vs. Mitos

Bagaimana mungkin seorang manusia selamat dari dosis sianida mematikan, tembakan di jantung, dan kemudian masih memiliki tenaga untuk melawan?

  1. Kegagalan Racun: Beberapa sejarawan berpendapat bahwa para konspirator mungkin menggunakan sianida yang sudah kedaluwarsa atau terurai karena dicampur ke dalam makanan manis. Teori lain menyatakan bahwa Rasputin, karena takut diracuni, telah membangun kekebalan dengan memakan sedikit madu yang mengandung sianida alami (amygdalin) atau minum dalam jumlah besar (alkohol dapat memperlambat penyerapan sianida). Namun, penjelasan yang paling mungkin adalah ketidakefektifan racun karena cara pemberiannya.
  2. Tembakan yang “Meleset”: Meski ditembak di daerah jantung, peluru mungkin tidak langsung mengenai organ vitalnya. Rasputin dikenal sebagai pria yang sangat tangguh secara fisik. Adrenalin dan kemarahannya yang luar biasa mungkin memberinya kekuatan untuk bertahan hidup lebih lama dari orang kebanyakan.
  3. Penciptaan Mitos: Narasi Yusupov tentang “Rasputin yang abadi” diragukan keakuratannya. Sebagian besar cerita horor itu berasal dari Yusupov sendiri, yang memiliki kepentingan untuk membangun legenda tentang dirinya sebagai pahlawan yang melawan setan yang hampir tak terkalahkan. Dengan membuat kematian Rasputin menjadi sesuatu yang supernatural, ia membenarkan tindakan kejam mereka dan meningkatkan statusnya sendiri.

Warisan dan Kutukan Terakhir

Kematian Rasputin tidak menyelamatkan Kekaisaran Rusia. Sebaliknya, itu justru mempercepat kehancurannya. Kurang dari tiga bulan setelah kematiannya, Tsar Nicholas II turun tahta. Pada Juli 1918, seluruh keluarganya—termasuk Alexandra dan Alexei—dibantai oleh kaum Bolshevik, mengakhiri Dinasti Romanov selamanya.

Konon, sebelum meninggal, Rasputin menulis surat yang berisi ramalan atau “kutukan”. Ia menulis bahwa jika ia dibunuh oleh bangsawan, keluarga kerajaan akan tewas dalam waktu dua tahun. Kenyataan berjalan sesuai dengan ramalannya itu, menambah aura mistis di sekitar hidup dan matinya.

Kesimpulan: Dibunuh atau Kutukan?

Jadi, apakah Rasputin dibunuh atau dikutuk? Jawabannya adalah ia jelas-jelas dibunuh dalam sebuah konspirasi politik yang kejam. Namun, rangkaian peristiwa pada malam itu—kegagalan racun, kemampuannya bertahan dari luka-luka yang seharusnya fatal, dan runtuhnya kerajaan tak lama setelah kematiannya—telah diselimuti oleh narasi dramatis yang sengaja dibangun oleh para pembunuhnya dan dipercaya oleh banyak orang yang haus akan misteri.

Kematian Rasputin adalah perpaduan sempurna antara kesalahan manusia, keberanian fisik yang luar biasa, dan propaganda. Ia bukanlah makhluk supernatural, tetapi seorang pria dengan daya tahan hidup yang luar biasa, yang kematiannya yang mengerikan menjadi simbol akhir dari sebuah era—era ketika takhayul beradu dengan politik, dan pada akhirnya, keduanya kalah oleh gelombang revolusi yang tak terhindarkan. Misteri itu tetap hidup, bukan karena kutukan, tetapi karena cerita tentang seorang manusia yang tampaknya mustahil untuk dibunuh adalah cerita yang akan terus memesona dan mengganggu kita selamanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *