Selama beberapa tahun terakhir, wilayah strategis Asia Tenggara menjadi sorotan akibat sebuah laporan yang menggemparkan: dugaan pembangunan pangkalan militer rahasia China di Kamboja. Isu yang awalnya dianggap sebagai konspirasi Kamboja ini perlahan mendapatkan bukti-bukti yang membuat komunitas intelijen global, khususnya Amerika Serikat, menaruh perhatian serius. Apa sebenarnya yang terjadi di Teluk Ream? Apakah ini hanya teori konspirasi atau sebuah realitas geopolitik yang akan mengubah peta kekuatan di kawasan?

Asal Mula Teori Konspirasi: Laporan The Wall Street Journal 2019
Segalanya berawal dari laporan eksklusif The Wall Street Journal pada Juli 2019. Media ternama tersebut mengklaim telah mendapatkan perjanjian rahasia antara Pemerintah China dan Kamboja yang memberikan akses eksklusif bagi Angkatan Laut China (PLAN) di pangkalan angkatan laut Kamboja di Teluk Ream.
Laporan itu menyebutkan bahwa perjanjian tersebut memungkinkan China menggunakan pangkalan tersebut selama 30 tahun, dengan pembaruan otomatis setiap 10 tahun. Yang lebih mengejutkan, perjanjian itu dikabarkan mengizinkan China untuk menempatkan personel militernya, menyimpan senjata, dan mendokkan kapal perangnya. Jika benar, ini akan menjadi pangkalan militer China pertama yang sepenuhnya beroperasi di Indo-Pasifik, mengancam keseimbangan kekuatan regional.
Bantahan Keras dari Phnom Penh dan Beijing
Merespons laporan tersebut, Perdana Menteri Kamboja saat itu, Hun Sen, membantah keras dengan menyebut berita itu sebagai “berita palsu terburuk sepanjang sejarah” Kamboja. Dia menegaskan bahwa konstitusi Kamboja melarang keberadaan pangkalan militer asing di wilayahnya.
Beijing juga menyangkal klaim tersebut. Jurubicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, menyatakan bahwa kerja sama militer antara China dan Kamboja bersifat transparan dan tidak ditujukan untuk pihak ketiga manapun. Bantahan yang berulang kali disampaikan justru semakin memicu kecurigaan dan memperkuat narasi konspirasi Kamboja.
Bukti-Bukti yang Menguatkan Kecurigaan
Meski dibantah, sejumlah perkembangan di lapangan dan laporan intelijen terus menguatkan kecurigaan tersebut:
- Pembangunan Infrastruktur Masif oleh China: China secara terbuka membiayai dan membangun ulang fasilitas di Pangkalan Angkatan Laut Ream. Proyek yang dimulai pada 2020 ini mencakup dermaga baru yang jauh lebih besar, pusat logistik, rumah sakit, dan dry dock untuk perbaikan kapal. Yang menjadi pertanyaan, mengapa dermaga yang dibangun memiliki ukuran dan spesifikasi yang cocok untuk kapal perang besar milik China, bukan kapal kecil milik Angkatan Laut Kamboja?
- Pengusiran Personel AS dari Pangkalan Ream: Pada 2021, Pemerintah Kamboja meminta bantuan AS untuk membangun fasilitas di Ream untuk meninggalkan pangkalan tersebut. Pengusiran ini dianggap sebagai upaya untuk menghilangkan mata-mata AS dan memuluskan rencana China.
- Laporan Resmi Pentagon: Laporan tahunan Pentagon kepada Kongres AS tentang kekuatan militer China secara eksplisit menyebutkan bahwa Beijing sedang mengejar pembangunan jaringan logistik militer di luar negeri, termasuk di Kamboja. Laporan ini memberikan legitimasi resmi terhadap kekhawatiran yang sebelumnya dianggap sebagai konspirasi.
- Foto Satelit: Analisis citra satelit dari perusahaan seperti Maxar Technologies menunjukkan perkembangan pembangunan yang pesat di Teluk Ream. Foto-foto tersebut memperlihatkan pembangunan dermaga yang mampu menampung kapal induk dan kapal perang besar, jauh melebihi kebutuhan angkatan laut Kamboja.
Analisis Geopolitik: Mengapa Teluk Ream Sangat Strategis?
Lokasi Kamboja di Teluk Thailand memiliki nilai strategis yang sangat tinggi bagi ambisi global China, terutama dalam konteks Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative) dan persaingan dengan AS.
- Mengamankan Jalur Laut: Sekitar 60% perdagangan maritim China melewati Selat Malaka. Kehadiran militer di Kamboja memberikan China titik pijak yang kuat untuk mengamankan jalur suplai energinya dan melindungi kapal-kapalnya.
- Mengepung Laut China Selatan: Pangkalan di Ream akan melengkapi jaringan pangkalan militer China di Pulau Woody (Kepulauan Paracel) dan Mischief Reef (Kepulauan Spratly). Ini akan membentuk segitiga strategis yang memperkuat klaimnya di Laut China Selatan.
- Mengimbangi Pengaruh AS: Kehadiran China di Kamboja merupakan pukulan bagi pengaruh AS di kawasan ASEAN dan secara langsung mengimbangi kehadiran militer AS di Singapura dan Filipina.
- Proyeksi Kekuatan ke Samudera Hindia: Dari Teluk Ream, Angkatan Laut China dapat dengan lebih mudah memproyeksikan kekuatannya ke Selat Malaka dan masuk ke Samudera Hindia, area yang semakin penting bagi rivalitas AS-China.
Implikasi bagi Kawasan ASEAN dan Dunia
Keberadaan (nyata atau terselubung) pangkalan militer China di Kamboja memiliki implikasi besar:
- Erosi Netralitas ASEAN: Kamboja, sebagai anggota ASEAN, telah dituding sering memblokir pernyataan bersama yang mengkritik aktivitas China di Laut China Selatan. Kehadiran militer akan semakin mengikat Kamboja pada kepentingan Beijing dan memecah belah kesatuan ASEAN.
- Perlombaan Senjata Regional: Negara-negara seperti Vietnam, Indonesia, dan Filipina akan merasa semakin terancam, yang dapat memicu peningkatan belanja militer dan modernisasi alutsista di kawasan.
- Eskalasi Ketegangan AS-China: AS melihat langkah ini sebagai bukti nyata ekspansionisme militer China. Hal ini akan mendorong AS untuk meningkatkan kerja sama keamanan dengan sekutu regionalnya seperti melalui pakta AUKUS (AS, UK, Australia) dan Quad (AS, India, Jepang, Australia).
Kesimpulan: Konspirasi atau Realitas?
Dengan mempertimbangkan semua bukti yang terungkap, narasi pangkalan militer rahasia China di Kamboja telah bergeser dari sekadar teori konspirasi menuju sebuah realitas geopolitik yang nyata, meskipun mungkin tidak persis seperti yang digambarkan secara sensasional.
Sementara Phnom Penh dan Beijing mungkin terus menggunakan terminologi “kerja sama militer” dan “pembangunan fasilitas,” fungsi strategis dari infrastruktur yang dibangun di Teluk Ream sangat jelas: untuk melayani kepentingan keamanan nasional dan ambisi maritim China. Kamboja, yang sangat bergantung pada investasi dan bantuan dari China, tampaknya tidak memiliki banyak pilihan selain memenuhi permintaan sang patron.
Dunia internasional, khususnya negara-negara di kawasan Indo-Pasifik, harus waspada. Pembangunan di Ream bukan hanya tentang sebuah dermaga, melainkan tentang sebuah potongan penting dalam teka-teki besar strategi global China untuk menantang hegemoni AS dan menata ulang tatanan internasional sesuai dengan visinya. Konspirasi Kamboja ini adalah contoh nyata bagaimana perang dingin abad ke-21 sedang dimainkan di lapangan geopolitik yang rumit.